TRIBUNNEWS.COM - Tak sekalipun gawang PSMS Medan versi PT Liga Indonesia bersih dari ceplosan gol lawan. Total delapan gol bersarang di jala Ayam Kinantan dengan rasio dua gol per laga. Mirisnya lagi, enam gol kemasukan diperoleh pada duel home di Stadion Baharoeddin Siregar, Lubukpakam, Deliserdang.
Bila menilik data tersebut, skuat besutan Suimin Diharja adalah yang terburuk menahan gempuran lawan di grup I. Berada di urutan kelima tim paling banyak kebobolan di lima grup Divisi Utama Liga Indonesia dari 38 klub yang berkompetisi.
Torehan buruk ini teramat sulit untuk diperbaiki mengingat hanya satu laga tersisa sebelum tutup putaran pertama yakni menghadapi Persisko Tanjung Jabung Barat, Kamis (14/3/2013) mendatang.
Kalaupun ada yang bisa sedikit dibanggakan, itu menyasar pada produktivitas memasukkan. Meski barisan depan boleh dikata mandul dengan hanya menyetor tiga gol, itupun dari sektor penyerang sayap. Namun akumulasi tujuh gol menempatkan PSMS sebagai tim paling subur di klasemen sementara.
Pelatih kepala Suimin Diharja menyayangkan anak asuhnya tak bisa memanfaatkan tiga laga kandang dengan poin penuh. Grafiknya fluktuatif. Usai menggasak PS Bengkulu 4-1, giliran PS Bangka yang mempermalukan lewat skor tanpa ampun 0-4. Terakhir ditahan imbang 1-1 oleh Persih Tembilahan.
Uniknya, pria yang menjuluki dirinya Pelatih Kampung ini menampik Afan Lubis dan kawan-kawan tampil buruk.
"Saya tak bisa bilang tim bermain buruk. Karena faktanya, di tengah situasi yang rumit. Mereka masih mau dan bisa berjuang habis-habisan. Mereka tampil sangat maksimal meski dengan hasil minim. Tapi perlu diingat, ada banyak faktor yang membuat kondisinya seperti itu," katanya saat berbincang dengan Tribun Medan (TRIBUNnws.com Network) di Mes Kebun Bunga, Minggu (10/3/2013) siang.
Sayang, Suimin tak sedikitpun mau mengurai faktor-faktor apa yang ia maksudkan. Begitupun tak sukar untuk memaknai pernyataan implisit tersebut. Skuat PSMS LI selalu diguncang perkara non teknis sejak awal memulai laga liga.
Mulai dari tuntutan pengucuran gaji yang tak kunjung terealisasi, dapur katering yang cengap-cengap, sampai tidak tersedianya vitamin atau suplemen sebagaimana seharusnya. Beberapa kali program tim pelatih harus ditunda karena asupan gizi tak selaras dengan target tinggi yang dipancang.
Acapkali terdengar Suimin melontar frasa tragis pada para asistennya. "Kita nggak bisa paksa anak-anak latihan keras, takutnya sakit kuning," demikian ucapnya dengan nada perlahan. Ya, apalagi kalau bukan asupan kalori dan gizi jauh melenceng dari standarisasi kebutuhan atlet.
Faktor non teknis semacam ini masih setia menempel erat hingga empat lakon laga liga. Kepengurusan yang dipimpin Indra Sakti Harahap seolah menulikan telinga dan menutup mata pada situasi tersebut. Sebab, tak ada jalan keluar nyata untuk mencabut akar persoalannya.
Apakah hasil tak maksimal kembali mewantah saat duel terakhir kandang putaran pertama menghadapi Persisko? "Kami tak pernah berpikir untuk menyerah, apalagi berharap hasil buruk. Tak satupun tim sepakbola di dunia ini punya pikiran seperti itu. Karenanya, sisa waktu persiapan yang ada, kami akan evaluasi kesalahan yang ada, sekaligus meningkatkan lagi mutu permainan yang sudah dicapai di laga sebelumnya. Tim ini akan digeber intens untuk mendapat hasil bagus dari Persisko," ucapnya mengakhiri.(raf)