Spanyol tak mengalami banyak perubahan meski ada beberapa evolusi dilakukan Del Bosque untuk melengkapi sistem permainan tiki-taka yang sudah dalam lima tahun belakangan sulit dipatahkan oleh tim manapun. Andres Iniesta dan Xavi Hernandez masih jadi ruh permainann Spanyol dari lini tengah.
Dua pemain ini adalah jenderal lapangan tengah yang sangat mengerti cara mengatur tempo dan irama permainan agar serasi di saat menyerang dan bertahan. Keduanya diperkuat oleh gelandang bertahan yang sangat jeli dan teliti membaca permainan lawan. Dialah Sergio Busquets.
Lini tengah Spanyol kembali mendapat tambahan tenaga dengan pulihnya kondisi Cesc Fabregas. Gelandang Barcelona ini sudah bisa kembali berlatih penuh setelah sempat diistirahatkan saat menang adu penalti atas Italia di semifinal.
Yang menakjubkan dari Timnas Spanyol saat ini adalah kembalinya sang penyerang Fernando Torres sebagai penyerang utama. Penyerang Chelsea ini kembali bangkit dan mampu merebut kembali posisi inti setelah mampu mengembalikan sentuhannya sebagai seorang predator.
Torres akan didukung oleh gelandang bernaluri menyerang, Juan Mata, yang tak lain adalah rekannya dalam skuad Chelsea. Pedro Rodriguez juga menghadirkan opsi lain bagi Spanyol di lini depan. Roberto Soldado juga siap kembali tampil setelah pulih dari cedera.
Absennya Carles Puyol di sektor pertahanan tak membuat komposisi benteng pertahanan Spanyol rapuh. Masih ada dua bek terbaik Spanyol, Sergio Ramos dan Gerard Pique, yang selalu siap berada di jantung pertahanan. Alvaro Arbeloa dan Jordi Alba siap berada di posisi bek sayap.
Kombinasi pemain Barcelona dan Real Madrid di lini belakang ini disempurnakan dengan keberadaan sang kapten tim Iker Casillas di bawah mistar gawang. "Brasil adalah tim yang hebat. Selalu tampil hebat di setiap turnamen dan punya banyak pemain hebat. Kami juga punya tim yang sangat bagus, di mana para pemain selalu menampilkan yang terbaik dan tidak diragukan lagi bahwa kami ingin merebut trofi," ujar Iniesta dikutip Marca.
Tim Matador ingin mengikuti jejak Uruguay yang pernah "mengubur" Brasil pada final Piala Dunia 1950 di Stadion Maracana. Saat itu Tim Samba tumbang 1-2 di hadapan 200 ribu pendukungnya. Peristiwa itu pun tenar dengan nama 'Maracanazo' atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan 'Duka untuk Maracana'.
Spanyol yang sudah menjadi musuh publik Brasil sejak awal turnamen ini ingin memberi luka yang sama untuk Brasil, yang tengah bernafsu untuk merebut titel keempat sekaligus mencetak sejarah dengan menciptakan hattrick (juara tiga kali beruntun) di Piala Konfederasi.
Bek sekaligus Kapten Brasil, Thiago Silva, menyebut Spanyol merupakan lawan yang sangat tangguh. Namun dengan dukungan ribuan penonton, Silva tetap optimistis dengan peluang Selecao.
"Kami akan menghadapi sebuah tim dengan kualitas hebat. Mereka memiliki skuad dengan para pemain cadangan memiliki level yang sama dengan starter, sebuah grup yang merupakan juara dunia. Kami mempersiapkan diri dengan baik untuk menantang Spanyol. Saya pikir, pertandingan ini hanya akan ditentukan oleh sedikit detail," ungkapnya.(Tribunnews.com/cen)