TRIBUNNEWS.COM - Dua bulan sebelum laga piala Dunia digelar, Pelatih Belanda, Louis van Gaal masih menyangsikan kelayakan Wesley Sneijder dibawa ke Brasil. Kalau untuk urusan pengalaman, dan kualitas teknik, sang meneer memang sudah percaya 100 persen pada gelandang Galatasaray tersebut.
Masalah terbesar gelandang 30 tahun ini ada pada stamina dan ketahanan fisik yang jauh di bawah standar. Itu pula yang membuat van Gaal gamang membawanya ke Brasil.
Namun, dalam dua bulan terakhir itu, keajaiban terjadi pada diri Sneijder. Keajaiban yang bukan diturunkan dari langit, alih-alih hasil dari kerja kerasnya sepanjang siang dan malam.
Mantan gelandang Inter Milan ini menyewa pelatih fisik khusus untuk membereskan stamina dan fisiknya yang hancur-hancuran. Ia menyewa atlet kickboxer, Gokhan Saki, yang memberinya metode 'explosive training'.
Pelatih van Gaal yang nyaris sudah putus asa, dan manajemen Galatasaray sudah memberi izin pada Sneijder untuk digojlok secara pribadi oleh Gokhan Saki. Hasilnya, bahkan pelatih fisik Belanda pun mengaku tak percaya melihat Sneijder bisa kembali trengginas saat bergabung di kamp pelatihan pada Mei lalu.
Ya, semua sudah melihat bahwa Sneijder kini kembali setajam empat tahun lalu: kembali ramping, bertenaga, dan kuat berlari sepanjang 90 menit seperti yang ditunjukkan saat membawa Belanda menghancurkan Spanyol 5-1, dan menggilas Australia 3-2.
Sneijder mengaku berutang-budi pada pelatih fisik pribadinya itu. "Terima kasih untuk Saki. Saya kini sudah kembali pada berat badan semula, seperti saat berusia 22 tahun lalu," ujar Sneijder. "Selain itu, saya pun kini kembali lincah, dan punya footwork bagus, seperti masa muda dulu."
Metode eksplosive training, katanya, membuatnya
benar-benar bugar dan lebih bertenaga. "Tapi, selain itu, saya pun lebih banyak bermain setelah jeda musim hingga kondisi saya jadi lebih terasah," ungkapnya.
Sang playmaker yang kini sudah menjalani 101 laga untuk Oranye ini memang memiliki karier internasional yang pasang-surut.
Ia pernah menjadi pahlawan kemenangan atas Brasil di perempat-final dan mendapat Bola Perak karena terpilih sebagai pemain terbaik kedua di putaran final Piala Dunia 2010. Namun, ban kapten di lengannya harus dilucuti kemudian, dan kekalahan di final Piala Dunia empat tahun lalu akibat performanya yang terbilang kurang bagus.
Toh, Sneijder tak patah arang dan semangat. Setelah bermain di sejumlah klub elite, mulai dari Ajax Amsterm, Real Madrid, dan FC Internazionale, kini ia mulai menepi dengan memperkuat klub Turki, Galatasaray.
"Ketika saya berusia 21 tahun atau 22, saya terbiasa berpikir kalau pesepak bola 30 tahun sudah tua. Mereka biasanya akan mengakhiri karier," ujar Sneijder dikutip Daily Mail.
"Kejadian itu tidak berlaku untuk saya. Anda mengira ini adalah turnamen terakhir saya? Apa Anda gila? Anda tidak bisa mengabaikan saya dalam empat tahun ke depan," ujarnya optimistis
Sneijder pernah menjadi pemain termuda kedelapan yang bermain untuk Belanda ketika ia menjalani debut di tim senior melawan Portugal pada 2003, hanya satu bulan setelah membela timnas U-21.
Piala Eropa 2004 terhitung terlalu awal buat karier internasional Sneijder. Ia hanya berkontribusi selama 57 menit dengan status pemain cadangan ketika Belanda melangkah ke babak semi-final.