TRIBUNNEWS.COM - Tim Krul, kiper cadangan Tim Nasional Belanda mulai menebar ancaman. Setelah sukses menepis dua tendangan penalti pemain Kosta Rika pada laga perempat final akhir pekan lalu, pemain Newcastle United itu kini memperingatkan calon lawan pasukan Oranye di semifinal, Argentina.
"Saya akan mempelajari Argentina dengan baik. Kami telah merencanakan apa yang akan kami lakukan pada setiap pertandingan dengan semua kiper dan kiper mana yang akan melakukannya jika terjadi adu penalti lagi," ujar Krul, seperti dikutip Sky Sports.
Krul mengatakan, salah satu kunci suksesnya menghadapi adu penalti melawan Kosta Rika lantaran dia mempelajari dengan baik laga calon lawan-lawan mereka. Dia mengetahui kecenderungan setiap pemain pada saat mengambil penalti pada laga melawan Yunani di perempat final.
"Saya mencoba memainkan perang urat syaraf untuk membuat para pengambil penalti sedikit grogi tanpa terlihat terlalu agresif. Kadang berhasil, kadang tidak," ujarnya.
Pada adu penalti di laga perempat final, upaya perang urat syaraf Krul membuahkan hasil. Dua dari lima penalti yang dilepas pemain Kosta Rika, yakni Bryan Ruiz dan Michael Umana, berhasil digagalkannya dengan membaca arah bola.
"Itu bukan kali pertama saya menggunakan perang urat syaraf saat menghadapi penalti. Saya pernah melakukannya pada Frank Lampard. Saya bilang, saya tahu bagaimana dia akan menendang bola, dan saya berhasil menepisnya. Saya mencoba itu lagi kemarin, dan senang ternyata berhasil," ujarnya.
Mantan rekan satu tim Krul di Newcastle, Steve Harper, mengatakan, Krul memang jagonya dalam perang urat syaraf. Dan, itulah salah satu kunci sukses Krul dalam adu penalti melawan Kosta Rika, kemarin.
"Dia jelas memenangi perang urat syaraf itu, dan itu sudah separuh peperangan dari seorang kiper. Van Gaal mengatakan, Tim bertubuh lebih besar dan memiliki jangkauan lebih lebar dibandingkan Jasper Cillessen, tapi saya percaya, dia (Van Gaal) juga tahu Tim memiliki kelebihan pada sisi mental," ujar Harper.
Krul yang bergabung dengan Newcastle dari Den Haag pada Juli 2005 saat berusia 17 dikenang Harper sebagai pemain yang percaya diri namun tetap rendah hati menerima nasihat. "Cuma masalah waktu saja yang membuatnya tampil di panggung besar," ujarnya.
Baca di Koran Super Ball, Selasa (8/7/2014)