TRIBUNNEWS.COM - Pertandingan Kualifikasi Piala Eropa 2016 grup A antara Belanda menghadapi Latvia, Senin (17/11/2014 ) dinihari, bak permainan kartu poker bagi pelatih timnas Belanda, Guus Hiddink.
Tidak ada pilihan lain selain meraih kemenangan di Amsterdam Arena jika Hiddink tidak ingin dilengserkan dari bangku pelatih De Oranje.
“Jika kami kalah, masuk akal jika saya mundur,” ujar Hiddink usai Belanda tumbang 2-3 dari timnas Meksiko di Amsterdam Arena, Kamis (13/11/2014) lalu.
Masuk akal juga Hiddink melontarkan kalimat seperti itu. Maklum, sejak meneruskan tongkat estafet kepelatihan dari Louis van Gaal, Hiddink baru sekali menghadirkan kemenangan untuk De Oranje.
Dari lima pertandingan yang telah dijalaninya, tim peringkat tiga Piala Dunia 2014 itu bahkan empat kali tumbang.
Padahal, ketika pertama kali menangani De Oranje pada periode 1 Januari 1995 hingga 12 Juli 1998, prestasi Hiddink lumayan bagus.
Saat itu ia mampu mempersembahkan 22 kemenangan untuk Timnas Belanda dari 39 pertandingan. Hanya sembilan kali De Oranje kalah dalam 3,5 tahun periode kepelatihannya saat itu.
Kekalahan dari Meksiko tiga hari lalu tidak hanya menyudutkan Hiddink. Opta mencatat, kekalahan itu menempatkan nama mantan pelatih PSV Eindhoven dan Chelsea tersebut dalam sejarah kelam persepakbolaan Negeri Kincir Angin.
Pria 68 tahun itu menjadi satu-satunya pelatih timnas Belanda yang menelan empat kekalahan dari lima pertandingan pertama setelah kembali ditunjuk.