Laporan Wartawan Harian Super Ball, Syahrul Munir
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Mantan Pelatih Tim Nasional Indonesia U-23 Rahmad Darmawan mengatakan gol ketiga yang dilesakkan oleh Filipina melalui tendangan bebas tidak langsung itu terjadi karena pemain tidak memahami peraturan di lapangan.
Para pemain lebih fokus melontarkan protes terhadap wasit yang telah menjatuhkan putusan tendangan bebas tidak langsung kepada lawan dan mengabaikan pertandingan. Akibatnya, dengan mudah Filipina mengoyak gawang yang ditinggalkan Kurnia Mega.
"Pemahaman terhadap aturan pertandingan yang tidak tepat. Pemain tidak tahu tendangan in direct (tidak langsung) sehingga tak ada yang berada di depan bola," ujar Rahmad Darmawan kepada Harian Super Ball.
Pelatih Persebaya Surabaya ini menjelaskan pemberian pelanggaran tendangan bebas tidak langsung ini sangat jarang terjadi di kompetisi ISL. Ia ingat, dirinya sempat protes kepada wasit Hendri Kristanto atas pemberian hadiah tendangan bebas tidak langsung kepada Arema Malang yang menjebol gawang klubnya Pelita Jaya di stadion Kanjuruhan, Malang, 28 April 2012.
Mantan pelatih Persija Jakarta ini mengatakan dirinya memprotes posisi eksekusi tendangan bebas tidak langsung itu letaknya jauh sekitar 15 meter dari posisi pelanggaran. "Saya bukan protes tendangan langsungnya itu tapi kenapa letak ekseskusinya itu jauh dari lokasi pelanggarannya. Itu yang saya protes yang berujung dibilang saya tidak tahu aturan," ujarnya.
Terkait protes yang dilontarkan pemain belakang, RD, julukan Rahmad Darmawan itu sangat penting dan bagian dari drama sepak bola. Tim sehebat apapun melayangkan protes jika terjadi keputusan yang dinilai tidak pas.
Akan tetapi, RD mengingatkan protes itu selayaknya dilakukan oleh kapten kepada wasit. Kapten yang menyampaikan protes kepada wasit, sedangkan pemain lain bersiap di posisi masing-masing mengantisipasi pertandingan.
"Jangan semuanya ikutan protes sehingga tidak dasar kalau permainan sudah berjalan (play on)," ujarnya.