TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua pekan menjelang digelarnya Kongres PSSI di Surabaya, 18-19 April, masih belum ada gerakan-gerakan para calon ketua umum untuk memperkuat peluangnya.
Bahkan tak satu pun tim sukses para calon yang kusak-kusuk untuk mencari dukungan.
Kendati demikian, itu tidak mengurangi antusiasme masyarakat sepakbola Indonesia, yang tengah menunggu siapa ketua umum PSSI periode 2015-2019 mendatang.
Pengamat sepakbola Indonesia, Eddi Elison menilai kondisi ini tidak lepas kualitas dari sembilan calon ketua umum yang telah lolos penyaringan. Menurutnya, dari sembilan orang itu, hanya satu atau dua orang saja yang dinilai layak memimpin PSSI.
Penilaian Eddi Elison itu bukan tanpa alasan. Ia mengungkapkan, penunjukkan Surabaya sebagai tempat pelaksanaan Kongres sudah mengindikasikan terjadinya setingan tersebut.
Belum lagi, pembentukan tim penjaringan yang diisi hampir semua orang PSSI. Dari sembilan calon itu, Eddi menilai, La Nyalla Mattalitti sebagai calon yang paling diuntungkan dengan keputusan itu.
Tapi ironisnya, akhir-akhir ini, La Nyalla justru 'kesandung' kasus hukum. Tidak tanggung-tanggung, Ketua Kadin Jawa Timur itu tersangkut kasus hukum.
"La Nyalla posisinya memang kuat, tapi kasus hukum akan menjegal dia. Ini benar-benar harus diperhitungkan para voter. Jangan kesalahan saat terjadi kisruh sepakbola akibat kasus hukum Nurdin Halid terulang lagi. Tapi kalau berjiwa besar, seharusnya La Nyalla lebih baik mundur saja. Kalau dia melakukan itu, dia akan mendapat simpatik dari masyarakat sepakbola Indonesia karena mencegah terjadinya kisruh di organisasi PSSI mendatang. Intinya ketua umum PSSI harus 'bersih' dari masalah hukum dan politik. Selain itu, dia juga harus visioner," papar Eddi.
Eddi menilai, secara visioner La Nyalla tidak memiliki syarat itu.
"Dia tidak paham sepakbola, bahkan tidak suka nonton sepakbola. Bagaimana jadi ketua umum, sementara nonton bola saja tidak suka," kata Eddi.
Kendati demikian, Eddi tetap menyarankan para voter menggunakan hati nuraniku dalam memilih ketua umum. Ia juga menyarankan agar Kongres PSSI dijauhkan dari politik uang.
"Kalau La Nyalla mundur, praktis ancaman kemungkinan terjadinya politik uang bakal tidak ada karena delapan calon lainnya memang tidak memiliki uang banyak untuk dibagi-bagikan. Jadi akan sangat bijak bila La Nyalla mundur sehingga Kongres bisa berjalan lancar," tandasnya.