TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Manajemen Barito Putera Banjarmasin akhirnya secara resmi membubarkan skuat untuk musim kompetisi 2015. Pembubaran dilakukan di mes pemain Jalan Simpang Anem Banjarmasin, Senin (1/6) siang.
Pihak manajemen mengumpulkan semua perangkat tim, mulai dari pemain, pelatih hingga ofisial lalu menyampaikan bahwa kontrak mereka terpaksa harus berakhir. Pertemuan kemarin sekaligus menjadi ajang perpisahan. Jadi wajar mereka terlihat sedih. Setelah itu, manajemen mengajak mereka makan siang bareng di sebuah rumah makan di Jalan Sultan Adam.
"Dengan berat hati dan tentunya dengan rasa sedih, skuat Barito Putera harus dibubarkan. Pemain akan diistirahatkan tanpa batas waktu," ujar Syarifuddin, asisten manajer Barito Putera.
Dia mengatakan, karena kompetisi tidak ada kejelasan, tim tidak mendapatkan pemasukan dari sponsor maupun tiket.
Terkait pemutusan kontrak ini, sejak tadi malam pemain pun sudah mulai ada yang pulang ke daerah asalnya masing masing. Salah seorang pemain, Guntur Ariyadi tampak cukup sedih.
"Banyak moment yang tidak terlupakan dengan tim ini. Kekeluargaan dan juga sambutan masyarakat di Banua. Saya kecewa atas kisruh sepak bola kita. Semoga semuanya bisa lebih baik nantinya," ujar pemain yang lima musim memperkuat Laskar Antasari.
Guntur sendiri masih belum menentukan rencana selanjutnya. "Mungkin saya pulang saja dulu ke Kediri, sambil menunggu perkembangan," ucapnya berusaha tabah.
Sementara itu, Staf Khusus Menpora Bidang Olahraga, M Khusen Yusuf menyebut Tim Transisi bentukan Kemenpora akan terus berjalan menyesuaikan dengan roadmap guna menghadapi sanksi dari FIFA kepada PSSI.
AKami akan jalan terus sesuai roadmap yang dipersiapkan, tetapi memang dinamika sekarang luar biasa. Makanya kami membutuhkan alternatif strategi membenahi sepak bola kita,@ ujar Khusen dalam pesan singkat.
Dikatakannya, permasalahan kini masih menunggu keputusan dari Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang digugat PSSI. Sejak Senin 25 Mei, PTUN mengeluarkan hasil putusan sela atau artinya Supervisi Tim Transisi tak bisa melaksanakan aktivitasnya sampai sidang lanjutan pada Selasa 8 Juni mendatang.
AKasus sekarang bukan melanda soal sanksi FIFA saja tetapi ada juga masalah PTUN. Dan kami perlu memikirkan jalan keluar terbaik meskipun sifatnya normatif. Tim transisi juga belum bisa dijalankan sampai keputusan PTUN tanggal 8,@ bebernya.
Sebelumnya, Kuasa Hukum PSSI, Aristo Pangaribuan menyayangkan sikap Menpora, Imam Nahrawi yang tak mempertimbangkan hasil keputusan pengadilan sebab terus mendorong Tim Transisi untuk bekerja sesuai program.
"Keputusan pengadilan harus dipetimbangkan Menpora, saya pikir ini sangat disayangkan. Sebagai warga negara Indonesia yang baik harusnya hukum itu ditaati sampai ada keputusan tetap," kata Aristo.