Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Sanksi dari FIFA terhadap PSSI makin memperuncing konflik antara Menpora dan PSSI. Klub-klub yang berlaga di Liga Super Indonesia (LSI) pun kecewa, karena mereka tidak bisa berkompetisi baik di tingkat lokal dan mancanegara. Namun berbeda bagi CEO Persema Malang, Dito Arif.
Dito justru berharap dengan sanksi dari FIFA menjadi momen yang tepat bagi klubnya untuk mendapatkan kembali statusnya sebagai anggota PSSI.
"Dengan pemberian sanksi dari FIFA, maka status PSSI sudah beku dan yang bisa menyelesaikannya hanyalah pemerintah, dalam hal ini Menpora. Saya yakin Menpora akan benar-benar menyelesaikan kebobrokan sepakbola kita mulai dari sisi kompetisi, sistem, dan organisasi. Ini menjadi harapan bagi kami untuk mendapatkan kembali hak kami sebagai anggota PSSI," ujar Dito kepada Harian Super Ball, Selasa (2/6/2015).
Keyakinan Dito, karena pihak Kemenpora melalui Tim Transisi memberikan lampu hijau harapannya itu.
"Kami sudah melakukan komunikasi dengan pihak Tim Transisi. Kami sudah menyiapkan kronologis pencabutan status kami di PSSI. Saat ini kami sedang menunggu jawaban dan jadwal pertemuan dengan Tim Transisi terkait pemutihan status kami sebagai anggota PSSI," kata Dito.
Dito menerangkan, sejak dualisme PSSI pada 2010 membuat organisasi dan sistem sepakbola di Indonesia berantakan.
"Akibatnya banyak muncul klub baru yang diakui PSSI untuk berlaga di kompetisi kasta tertinggi. Sedangkan klub yang didirikan lebih dulu dan memiliki nilai historis justru dicoret dari keanggotaan PSSI, seperti Persema Malang, Persibo Bojonegoro, dan Persebaya 1927. Ini kesalahan yang perlu diperbaiki dan diluruskan. Yang bisa memperbaikinya ya pemerintah melalui Tim Transisi," tutur Dito.
Menurut Dito, perbaikan sistem sepakbola dan organisasi PSSI dibuktikan dengan niatan Tim Transisi untuk menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) yang tujuannya memilih pengurus baru PSSI yang lebih baik.
"Dengan rencana itu, maka pemerintah tentunya akan memperbaiki organisasi yang di dalamnya terkait keanggotaan PSSI. Saya berharap Menpora bisa mengembalikan status kami di PSSI," ucap Dito.
Dito berharap reformasi di tubuh PSSI akan memunculkan pimpinan PSSI yang berkualitas dan profesional.
"Jangan lagi memilih ketua PSSI yang memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan tertentu atau dipolitisir. Berikan tempat kepada anak-anak muda yang benar-benar mengerti sepakbola dan terlepas dari kepentingan-kepentingan itu," terang Dito.
Oleh karena itu, Dito menilai sanksi dari FIFA itu justru akan menjadi babak awal pembenahan sepakbola di Indonesia.
"Jangan khawatir dengan turunnya sanksi dari FIFA. Kita bisa berkaca dari beberapa negara yang pernah disanksi, seperti Australia. Awalnya sepakbola di Australia banyak permasalahan, mulai wasit, pengelolaan kompetisi, dan lain-lain. Setelah dikenai sanksi, Australia langsung membenahinya dan hasilnya kompetisi jadi berkualitas serta tercipta timnas yang bagus," tutur Dito.