Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Pelatih Persela Lamongan, Iwan Setiawan mengaku tak tertarik ikut turnamen yang akan digelar Kemenpora, yakni Piala Presiden.
Mantan pelatih Persija Jakarta itu menilai, turnamen yang akan digelar oleh Kemenpora itu tidak legal. Jenjang prestasi untuk peserta turnamen pun tidak bisa diharapkan. Pasalnya pemenang di turnamen itu tidak akan bisa melanjutkan ke kompetisi AFC Cup.
"Turnamen ini tidak bisa memberikan harapan kepada tim peserta untuk meningkatkan prestasi ke jenjang kompetisi tingkat selanjutnya, seperti ke AFC Cup. Lagipula, apakah turnamen ini benar-benar siap digelar, karena belum ada persiapan apa-apa. Penyelenggara belum melakukan pertemuan dengan klub peserta terkait turnamen ini," kata Iwan kepada Harian Super Ball, Kamis (11/6/2015).
Hingga saat ini Iwan belum dihubungi oleh manajemen untuk menyiapkan tim untuk menjalani turnamen itu. "Saya belum mendapat pemberitahuan oleh manajemen apakah Persela ikut turnamen itu atau tidak. Hanya saja beberapa pengurus Persela memberitahukan manajemen mendapat surat ajakan ikut turnamen itu. Mungkin manajemen sedang membuat keputusan," ujar Iwan.
Bahkan informasi yang didapat, Persela sudah dijadwalkan akan memulai laga pada tanggal 16 Juni 2015 melawan Persib Bandung.
"Persiapan dan keputusan dari manajemen belum ada, tetapi informasi laga sudah ada. Tetapi jadwal resmi terkait pertandingan belum dikeluarkan," ucap Iwan.
Iwan menerangkan, jika manajemen tertarik ikut turnamen tersebut, dirinya akan berusaha memberikan masukan agar memikirkan ulang, karena turnamen itu bukan pertandingan resmi yang seharusnya digelar PSSI.
"Kewenangan memang ada di tangan manajemen, namun saya akan memberikan masukan kepada manajemen, karena turnamen ini bukan digelar oleh federasi resmi. Kami pelaku sepakbola tetap berdasarkan pada aturan PSSI dan statuta FIFA. Bahwa yang berhak menggelar turnamen atau kompetisi resmi adalah PSSI," terang Iwan.
Bagi Iwan, langkah Kemenpora yang telah melakukan intervensi ke PSSI menyalahi aturan atau statuta PSSI dan FIFA. Oleh karena turnamen yang akan digelar Kemenpora juga dianggap tidak sah.
"Kemungkinan saya akan bersedia menyiapkan tim, jika manajemen bisa menunjukan bahwa Kemenpora benar-benar berniat baik untuk melakukan perbaikan sepakbola kita. Jika tidak bisa, saya menyarankan ke manajemen untuk berpikir ulang ikut turnamen. Pasalnya menurut saya langkah intervensi Kemenpora ke PSSI sudah menyalahi aturan," jelas Iwan.
Kalaupun bisa dibuktikan itikad baik dari Kemenpora, Iwan menambahkan, tidak mudah untuk menyiapkan tim dalam waktu dekat.
"Manajemen harus memanggil seluruh pemain dan tim pelatih. Lalu dilanjutkan persiapan tim. Itu semua butuh waktu. Nah, kalau kami dijadwalkan melawan Persib pada 16 Juni 2015. Bagaimana mungkin kami bisa melakukan persiapan dengan baik," tambah Iwan.
Menurut Iwan, rencana digelarnya turnamen oleh Kemenpora berkesan dipaksakan, karena perangkat pertandingan, seperti wasit dan panitia pelaksana pertandingan harus disiapkan jauh-jauh hari.
"Ini berbeda dengan PT Liga Indonesia yang melakukan persiapan sejak beberapa pekan segala sesuatunya sampai dipublikan jadwal lengkap selama satu musim kompetisi. Sehingga seluruh klub bisa menyiapkan tim dengan maksimal. Bahkan klub bisa melakukan ujicoba jelang kompetisi dimulai. Sedangkan turnamen bentukan Kemenpora terkesan dipaksakan," tutur Iwan.
Iwan memaparkan, sebagai pelaku sepakbola, dirinya memang membutuhkan penghasilan dari pertandingan. Namun dirinya akan berpikir ulang jika harus menyiapkan tim dengan model turnamen yang tidak sesuai dengan statuta.
"Kami memang membutuhkan penghasilan, tetapi jika turnamennya seperti ini, tentunya kami tidak bisa bertanding dengan tenang. Jika sudah seperti ini, bagaimana kami bisa maksimal berlaga. Padahal dengan ikut turnamen ini, tentunya manajemen akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Jadi sebaiknya memang perlu dipikirkan dengan baik terkait undangan turnamen itu," papar Iwan.