TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernyataan Djohar Arifin Husin bahwa kondisi keuangan PSSI surplus dikarenakan ketidakmampuan Djohar memahami dan membaca laporan keuangan. Demikian dikatakan direktur keuangan PSSI, Aria Yudistira di kantor PSSI, Senin (6/7/2015).
Diungkapkan Aria, di keuangan dikenal laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan atau neraca. Laporan aktivitas hanya berisi pendapatan dan pengeluaran per tahun berjalan, sedangkan laporan posisi keuangan atau neraca mencakup beban hutang periode sebelumnya.
“Di setiap kongres tahunan, disampaikan laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan. Sehingga anggota PSSI dapat melihat secara utuh. Bahwa dalam sisi aktivitas keuangan tahun ini, kita bisa saja punya surplus. Tetapi secara menyeluruh di dalam posisi neraca, PSSI minus,” ungkap Aria seperti dikutip dari situs resmi PSSI.
“Nah, Pak Djohar nggak membaca secara utuh atau mungkin tidak bisa membaca dengan benar laporan keuangan, sehingga hanya dibaca laporan aktivitas tahunan. Sehingga begitu tertulis ada surplus, dianggap PSSI surplus, padahal itu hanya neraca pemasukan dan pengeluaran berdasar program atau aktivitas di tahun itu saja. Bukan posisi keuangan atau neraca,” tambahnya.
Aria menjelaskan pada Kongres tahunan 4 Januari 2015 disampaikan laporan aktivitas surplus Rp 4,6M, yang kemudian terkoreksi setelah dilakukan audit eksternal menjadi Rp 1,2 M. Kalau mau dilihat dari laporan aktivitas saja, justru periode Pak Djohar saat bersama IPL di tahun 2012 adalah periode paling buruk karena laporan aktivitas saja minus Rp 7,2 M. “Setelah Pak Nyalla masuk PSSI, tahun 2013 dan 2014 laporan aktivitas menjadi surplus, meskipun posisi neraca minus akibat beban hutang sebelumnya,” paparnya.
Seperti diberitakan, Djohar membantah pernyataan Presiden PSSI La Nyalla Mahmud Mattalitti yang mengatakan bahwa keuangan PSSI minus. Karena memiliki hutang kepada pihak ketiga dan hutang program ke MNC TV untuk program timnas. Total hutang PSSI mencapai Rp 38 miliar.
Dalam bantahannya, Djohar mengatakan bahwa PSSI di tahun 2014 justru surplus Rp 4,6 miliar. Sehingga menjadi aneh bila tiba-tiba menjadi minus hampir 40 miliar rupiah.