Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Persema Malang belum bisa dipastikan akan ikut serta pada Piala Kemerdekaan. Pasalnya hingga saat ini Tim Transisi sebagai operator turnamen belum memberikan konfirmasi kepada manajemen Persema Malang.
CEO Persema Malang, Dito Arif mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan kepastian dari Tim Transisi.
"Posisi kami menggantung tidak jelas, Tim Transisi sulit dihubungi. Sudah satu minggu ini saya berusaha menghubungi anggota Tim Transisi, seperti Andreas Marbun, Zuhairi Misrawi, dan Tomy Kurniawan, tetapi mereka tak mau mengangkat telepon saya. Pesan singkat yang saya kirim juga tidak dibalas," kata Dito kepada Harian Super Ball, Rabu (8/7/2015).
Dito mengaku, bingung dengan ketidakjelasan dari Tim Transisi. "Padahal kami hanya menunggu kepastian saja apakah bisa ikut atau tidak. Karena awalnya Tim Transisi tampak memberikan kesempatan luas kepada Persema di Piala Kemerdekaan," ucap Dito.
Hingga saat ini Dito justru mendapatkan informasi dari teman-temannya di Jakarta. "Teman-teman klub yang berada di Jakarta mengatakan Persema bisa ikut Piala Kemerdekaan. Tetapi kami belum dapat kabar resmi dari Tim Transisi. Jadi yang bisa kami lakukan hanyalah menunggu saja," ujar Dito.
Dito menerangkan, pihaknya akan sangat kecewa jika ternyata Persema dinyatakan belum bisa mengikuti turnamen itu, karena masih bermasalah terkait status di PSSI.
"Jika tidak mengakomodir Persema di turnamen itu, maka kami nilai Tim Transisi tidak jauh berbeda dengan federasi sepakbola kita yang tidak adil terhadap kami," terang Dito.
Dito menambahkan, seharusnya Tim Transisi yang janjinya ingin membenahi sepakbola, memberikan kesempatan seluasnya kepada seluruh klub di Indonesia, termasuk Persema yang statusnya dicoret oleh PSSI.
"Persiapan kami jadi sia-sia. Padahal kami sudah melakukan persiapan dengan mengundang banyak pemain asli Malang yang main di Liga Super Indonesia (LSI), divisi utama, sampai Porprov kemarin. Bahkan kami sudah mendapatkan pelatih. Jika kami dipastikan bisa ikut, maka kami akan memulai membicarakan kontrak dengan mereka dan mulai latihan," tutur Dito.
Dito juga sudah menyiapkan berkas-berkas untuk kelengkapan dokumen yang diminta Tim Transisi. "Saat mengundang kami untuk ikut turnamen, Tim Transisi meminta untuk melengkapi dokumen mulai dari legalitas pendirian perusahaan dalam bentuk PT, NPWP, SIUPP, susunan pemain, tim pelatih, dan official. Kami sudah menyiapkan itu semua. Jadi jika dihubungi, kami akan langsung memberikannya," jelas Dito.
Namun sayangnya, hingga sekarang Dito belum dapat kepastian apa-apa dari Tim Transisi. "Ini membuat kami kecewa, pernyataan Tim Transisi berbeda saat awal mereka dibentuk. Kalau sudah begini, kami hanya bisa menunggu saja. Jika ternyata kami memang tidak bisa ikut Piala Kemerdekaan, maka janji Tim Transisi untuk benahi sepakbola kita hanya isapan jempol belaka," papar Dito.
Dito mengaku, pihaknya memiliki espektasi tinggi terhadap Tim Transisi. Dito berharap Tim Transisi bisa menyelematkan Persema dari pencoretan PSSI. Apalagi Tim Transisi sudah meminta manajemen Persema untuk menyiapkan dokumen dan kronologis pencoretan keanggotaan di PSSI.
"Dengan menggantungnya nasib Persema di Piala Kemerdekaan, kami jadi pesimis Tim Transisi benar-benar bisa membantu mendapatkan kembali status kami di PSSI. Sepertinya Tim Transisi perlu dievaluasi, karena ternyata mereka tidak bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah-masalah klub sepakbola di Tanah Air," tegas Dito.
Persema memang sedang berusaha memutihkan statusnya di PSSI. Dito berharap Tim Transisi bisa memulihkan nama Bledeg Biru, julukan Persema, dan bisa kembali mengikuti kompetisi yang digelar oleh PSSI. Pasalnya sejak dicoret dari PSSI, Persema tidak bisa lagi ikut kompetisi profesional. Akibatnya Persema pun jadi vakum hingga saat ini.
Dito menjelaskan, Persema dicoret keanggotaannya dari PSSI karena pada pertengahan 2010 pindah ke kompetisi LPI. Sebelumnya Persema berlaga di Liga Super Indonesia (LSI).
"Kami pindah ke LPI, karena penyelenggaraan LSI bermasalah, seperti ada permainan skor, wasit mudah dibayar dan praktik-praktik mafia lainnya. Namun akibatnya kami dikenakan sanksi saat PSSI menggelar Kongres di Bali. Namun status kami diputihkan kembali pada Kongres PSSI di Jakarta pada 2011. Tetapi kami kembali disanksi dengan dicoret keanggotaannya oleh PSSI pada 2012, saat PSSI dikuasai oleh kubu La Nyalla Mattaliti cs," jelas Dito.
Dito menambahkan, dengan sanksi itu menimbulkan klub-klub tandingan yang bisa berlaga di kompetisi resmi PSSI. Persema ada tandingan yaitu Persema 1953 yang berlaga di Liga Nusantara. Persebaya 1927 ada tandingannya, yaitu Persebaya Surabaya yang bisa berlaga di LSI. Persibo Bojonegoro ada tim tandingan, yaitu Persibo Bojonegoro 1949 yang berlaga di Liga Nusantara.