News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Edu Cari Klub yang Bisa Berlaga di Piala Indonesia Satu

Penulis: Sigit Nugroho
Editor: Dewi Pratiwi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelatih Persiram Raja Ampat, Eduard Tjong

Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho

TRIBUNNEWS.COM - Pelatih Persiram Raja Ampat, Eduard Tjong atau yang biasa dipanggil Edu mengaku, sedang mencari klub. Incarannya adalah melatih klub yang berlaga di Liga Super Indonesia (LSI) atau Divisi Utama (DU) yang akan mengikuti turnamen Piala Indonesia Satu (PIS) yang digagas oleh Mahaka Sports and Entertainment atau Piala Presiden dan Piala Kemerdekaan yang akan digelar Tim Transisi bentukan Menpora.

Vakumnya kompetisi membuat Edu tidak betah berlama-lama menganggur. "Saya sudah pingin melatih kembali. Kalau bisa sih tetap melatih klub LSI. Kalau tidak bisa ya melatih klub di DU juga gak apa-apa," kata Edu kepada Harian Super Ball.

Edu menerangkan, yang terpenting baginya adalah bisa kembali berkegiatan di lapangan hijau sekaligus mendapat penghasilan dari profesinya itu.

"Saya mendengar manajemen Persiram tidak jadi ikut serta di turnamen PIS. Itu artinya, saya tidak bisa kembali bekerja. Oleh karena itu, saya berniat untuk melatih klub lain saja," terang Edu.

Edu yakin, keinginannya untuk melatih klub lain tidak akan dipermasalahkan oleh manajemen Dewa Laut, julukan Persiram, karena saat ini tidak ada yang bisa menjami kompetisi bisa bergulir, termasuk manajemen Persiram.

"Secara resmi manajemen memang belum memutuskan kontrak saya dan pemain. Tetapi kalau kondisi seperti ini terus, tentunya manajemen bisa memaklumi jika ternyata ada pelatih atau pemain yang bergabung ke klub lain. Ini semua semata-mata karena kami membutuhkan penghasilan," ujar Edu.

Sayangnya hingga sekarang, dia belum mendapatkan klub yang bisa dilatih. Namun dia tidak akan memilih-milih klub.

"Belum ada klub yang berminat menggunakan jasa saya. Oleh karena itu, saya tidak akan memilih-milih klub. Bisa melatih klub saja sudah bagus," ucap Edu.

Edu menambahkan, dirinya akan sangat antusias jika manajemen mengikutkan tim di dalam suatu turnamen baik yang digelar Tim Transisi atau Mahaka.

"Jika manajemen ikut turnamen, itu kabar yang sangat baik dan ditunggu-tunggu. Kami sudah rindu bertanding. Tetapi sayangnya sepertinya manajemen tidak tertarik untuk ikut turnamen apapun, karena bukan pertandingan resmi yang diakui FIFA dan AFC. Saya bisa memakluminya," tambah Edu.

Edu menuturkan, dirinya memang tidak bisa memaksakan manajemen untuk ikut turnamen, karena kewenangan ada di tangan manajemen. Apalagi manajemen berpikir panjang untuk membiayai operasional tim selama turnamen yang dananya tidak sedikit.

"Sponsor sudah pergi dan ini pasti menyulitkan manajemen untuk mengikutkan tim dalam turnamen. Jadi saya lebih memilih menunggu saja keputusan manajemen," tutur Edu.

Edu menjelaskan, keengganan klub-klub di Indonesia untuk ikut turnamen, sebagai akibat dari konflik yang tidak pernah selesai.

"Klub khawatir akan kena sanksi jika ikut turnamen di luar kompetisi yang diadakan PSSI. Turnamen juga tidak bisa memberikan jaminan prestasi. Ini sekedar mengisi waktu saja. Imbasnya adalah pemain dan pelatih tidak punya pekerjaan. Akhirnya kami yang menjadi korban," jelas Edu.

Oleh karena itu, Edu berharap Menpora dan PSSI bisa segera berdamai, karena masa depan sepakbola nasional tergantung dari perdamaian kedua belah pihak itu.

"Jika konflik ini tak kunjung selesai, maka siapapun tidak akan bisa menjamin kompetisi bisa kembali digelar. Harapan kami cuma ada di tangan Menpora dan PSSI. Jangan terus gontok-gontokan, tetapi pikirkan masa depan sepak bola di Tanah Air," paparnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini