Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Rencana PSSI menggelar kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) pada Oktober 2015, ditanggapi oleh Manajer Perseru Serui, Yan Pieter Ayorbaba dengan dingin.
Ayorbaba tidak yakin kompetisi LSI bisa digelar sesuai jadwal, karena konflik antara Menpora dan PSSI belum selesai. Ia juga tidak yakin izin bertanding bisa diperoleh oleh PSSI, sebagai syarat utama digelarnya kompetisi.
"Sebaiknya PSSI memberikan kepastian terlebih dulu kepada klub, izin bertanding bisa diperoleh. Sampai saat ini federasi belum bisa memberikan kepastian itu. Hal itu membuat kami ragu kompetisi bisa digelar," kata Ayorbaba kepada Harian Super Ball, Selasa (4/8/2015).
Ayorbaba akan meminta kepastian soal izin bertanding saat pertemuan klub dengan PT Liga Indonesia (PT LI) selaku operator LSI yang rencananya akan digelar pada 12 Agustus 2015.
"Pada pertemuan itu, saya akan meminta kepastian soal izin bertanding. Sikap kami akan ditentukan dengan kepastian yang bisa diberikan PSSI dan PT LI," ujar Ayorbaba.
Ayorbaba tidak mau kejadian sebelumnya terulang. Karena tidak ada izin dari polisi, seluruh pertandingan di LSI musim lalu gagal dilaksanakan. Terhentinya kompetisi membuat seluruh klub merugi baik dari sisi waktu dan finansial.
"Jika kami melakukan persiapan dan ternyata ujungnya kompetisi kembali gagal karena tidak ada izin dari kepolisian siapa yang mau bertanggungjawab. Semestinya PSSI memikirkan itu. Jangan lagi-lagi klub yang dirugikan," ucap Ayorbaba.
Pada prinsipnya, Perseru siap saja jika diminta melakukan persiapan tim. Namun jika ternyata kompetisi gagal dilaksanakan karena belum mendapat izin bertanding dari kepolisian, apakah PSSI mau memberikan kompensasi kepada klub.
"Jika PSSI siap memberikan kompensasi kepada klub dengan mengganti seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk persiapan tim, klub pasti mau. Tetapi jika PSSI tidak memberikan kompensasi apa-apa, ini sangat beresiko bagi klub, karena dana untuk persiapan tidak kecil," terang Ayorbaba.
Ayorbaba menambahkan, menggelar kompetisi di saat konflik masih terjadi seperti saat ini, bukan kabar yang baik.
"Seharusnya kompetisi digelar setelah konflik selesai, sanksi dari FIFA dicabut, dan SK pembekuan dari Menpora sudah dicabut. Kalau kondisi sudah normal kembali, seluruh klub pasti mau ikut kompetisi," tambah Ayorbaba.
Melihat kondisi seperti ini membuat manajemen Perseru belum berani melakukan persiapan apa-apa.
"Kami sedang menunggu apakah PSSI bisa memberikan kepastian kompetisi. Jika sudah ada, kami akan langsung melakukan persiapan," jelasnya.