TRIBUNNEWS.COM - Atmosfer yang sungguh dahsyat di Stadion Anfield, kemarin. Stadion memerah oleh ribuan pendukung Liverpool yang memakai jersey kebanggaan mereka.
Para Liverpudlian banyak yang memakai kaus bertuliskan "The Jürgen Klopp Revolution". Tulisan serupa dicetak pula di berbagai syal, maupun spanduk yang ramai diacungkan para penonton.
Harapan lain disuarakan dengan spanduk bertuliskan "Hope for Klopp". Ada juga tulisan "Klopp, The Normal One" menyindir sikap arogan pelatih Chelsea, Jose Mourinho, yang mengklaim sebagai "The Special One".
Sayangnya, revolusi kemenangan yang diharapkan ternyata tak terjadi semalam. Dalam debutnya di Anfield, pelatih anyar asal Jerman ini gagal mengantarkan tiga poin untuk Liverpool setelah hanya bisa bermain imbang 1-1 melawan Rusia, Rubin Kazan.
Padahal wakil dari Rusia tersebut hanya bermain dengan sepuluh pemain sejak menit ke-34.
"Tim ini ternyata masih kurang percaya diri," ujar Klopp usai pertandingan. "Hasil seri ini memang kurang menggembirakan. Tapi kita tetap punya peluang untuk lolos dari penyisihan grup. Laga selanjutnya menjadi tantangan hebat, dimana kita harus bisa mengatasi dinginnya Kazan."
Hasil seri ini membuat The Reds tertahan di peringkat dua klasemen sementara grup B Europa League dengan tiga poin dari tiga laga. Di atasnya ada FC Sion dengan tujuh poin. Rubin Kazan, dan FC Giround di peringkat tiga, dan empat dengan masing-masing dua poin.
Bagi Klopp, ini kali kedua ia hanya bisa menuai angka seri setelah dalam debutnya imbang 0-0 melawan Tottenham Hotspur akhir pekan lalu. Ia masih belum bisa keluar dari tren negatif The Reds yang belum meraih kemenangan dari empat laga terakhir.