TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Pelatih Gresik United, Liestiadi menilai sebaiknya pemerintah dan PSSI fokus menggelar kompetisi resmi, Liga Super Indonesia (LSI) dan Divisi Utama (DU). Jangan terlalu bereuforia dengan turnamen.
Pasalnya jenjang prestasi di kompetisi lebih menjanjikan dibanding turnamen.
"Turnamen hanya sesaat saja, tetapi kalau kompetisi jelas untuk jangka panjang. Jenjang prestasi juga akan lebih bagus di kompetisi. Klub berpeluang naik kasta dan berprestasi. Berbeda dengan turnamen yang hanya euforia sesaat. Setelah turnamen selesai, maka selesai pulalah pertandingan," kata Liestiadi kepada Harian Super Ball
Liestiadi berujar, dengan kompetisi resmi, masa depan Timnas Indonesia pun akan lebih ada harapan.
"Ujung dari kompetisi adalah mencetak pemain-pemain hebat untuk dimasukan ke dalam Timnas U-23 atau Timnas Senior. Dengan demikian nama bangsa di kancah internasional baik tingkat Asia atau lainny bisa lebih harum lagi. Berbeda dengan turnamen yang tidak berpengaruh terhadap timnas, tetapi lebih kepada untuk mengisi kekosongan saja," ujar Liestiadi.
Liestiadi mengucapkan, Timnas yang berkualitas tentunya diciptakan melalui kompetisi yang berkualitas pula.
"Turnamen Piala Presiden 2015 yang berjalan lancar dan baik, bisa diambil contoh untuk menyelenggarakan kompetisi yang lebih baik," ucap Liestiadi.
Menurut Liestiadi, kompetisi yang berkualitas tidak hanya berimbas positip terhadap Timnas, tetapi berpengaruh terhadap antusiasme perusahaan-perusahaan besar untuk memberikan dukungan dengan menjadi sponsor.
"Jika kompetisinya bagus, tentunya banyak perusahaan yang ingin menjadi sponsor. Mereka akan berbondong-bondong menawarkan diri menjadi sponsor. Klub-klub juga akan lebih mudah mendapatkan dana sponsor. Ini tentunya akan sangat menguntungkan jalannya kompetisi," terang Liestiadi.
Oleh karena itu, Liestiadi meminta kepada pemerintah dan PSSI agar serius menyelesaikan konflik.
"Untuk menggelar kompetisi resmi, langkah awal yang harus dilakukan adalah selesaikan konflik. Rencana kedatangan FIFA bisa menjadi momentum untuk menuju penyelesaian konflik. Jangan berlama-lama, karena nasib dan masa depan sepak bola kita tergantung dari kompetisi," tutur Liestiadi.