TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan PSSI diminta mengakhiri perseteruan yang banyak merugikan masyarakat,bukan saja pecinta sepak bola.
Kisruh selama hampir 7 bulan, di awali SK Pembekuan dari menpora, yang kemudian PSSI menghentikan kompetisi Liga Super Indonesia 2015 dengan alasan force majeur membuat kedua pihak ini sudah banyak mengantongi hikmah.
Salah satunya adalah, PSSI dan kemenpora tak bisa jalan sendiri dalam membentuk tim sepak bola berprestasi.
Demikian dikatakan oleh Mantan Pelatih Tim Nasional U-16 dan U-19, Fachri Husaini kepada Harian Super Ball belum lama ini.
Fachri mengatakan kemenpora dan PSSI harus mawas diri masing-masing.
"Oknum PSSI harus tahu diri juga mereka nggak bisa jalan tanpa mendengarkan suara pemerintah. Begitu juga pemerintah tidak bisa jalan sendiri. Kalau hubungan keduanya terjalin baik, maka akan terbentuk tim yang bagus," ujarnya.
Fachri, mantan gelandang timnas Indonesia mengakui kalau dirinya merasakan hubungan kurang harmonis antara federasi sepak bola dengan pemerintah.
Ia merasakan bagaimana PSSI berusaha jalan sendiri dan tidak mau merangkul pemerintah dalam menjalankan programnya.
Padahal, kata Fachri dirinya pernah mendapatkan kemudahan ketika bekerjasama dengan pemerintah saat memegang timnas U-16.
"Saat itu sekolah anak-anak daerah itu dengan mudah pindah begitu di Jakarta. Karena kemenpora tinggal telepon kementerian pendidikan. Kalau berhubungan dengan pemerintah itu tidak akan susah," ujarnya.
Sebaliknya, ia menegaskan pemerintah juga diminta tidak perlu mengambil-alih tugas PSSI dengan memutar kompetisi di daerah oleh dinas pemuda dan olahraga.
Pembinaan yang dilakukan itu tidak akan membuahkan hasil maksimal. "Sudah kembalikan ke jalur semula. PSSI melakukan pembinaan dengan bekerjasama pemerintah," ujarnya.