TRIBUNNEWS.COM, NAPOLI - Stadion San Paolo dan tim pemakainya, Napoli, adalah dua hal yang sangat bertolak belakang. Venue tersebut antik sementara pasukan Maurizio Sarri memainkan sepak bola modern.
Kuno, antik, dan ketinggalan zaman. Tiga kata itu sering dipakai untuk mendeskripsikan San Paolo, arena yang mulai dibuka pada 1959 dan hanya sekali tersentuh renovasi masif, yakni menjelang pergelaran Piala Dunia 1990!
"Stadion San Paolo adalah toilet dan saya akan terus menyebutnya demikian," ujar Presiden SSC Napoli, Aurelio De Laurentiis.
Sampai kini De Laurentiis dan Wali Kota Napoli, Luigi De Magistris belum satu pandangan terkait niat memodernisasi San Paolo.
San Paolo boleh saja kurang atraktif, namun bukan berarti Napoli yang bermarkas di sana ikut-ikutan ketinggalan zaman. Di Serie A 2015-16, Napoli arahan Maurizio Sarri justru menampilkan sepak bola modern yang sedap dipandang mata.
I Partenopei bisa dibilang produktif (24 gol), agresif (232 tembakan), sekaligus kreatif (188 operan kunci). Dari tiga poin tersebut, hanya di aspek produktivitas saja Lorenzo Insigne cs. tak menjadi pemuncak daftar. Jumlah gol mereka masih kalah banyak dari Fiorentina (26 gol) dan Roma (29).
Sebutan kuno justru lebih pas disematkan kepada tamu Napoli pada pekan ke-14 Serie A 2015-16, Inter Milan. Opini tersebut diutarakan oleh pelatih legendaris Italia, Arrigo Sacchi.
"Inter menampilkan gaya sepak bola kuno. Di sejumlah negara, gaya sepak bola semacam itu tak akan diapresiasi. Namun, hal tersebut tak menjadi masalah di Italia, di mana kemenangan adalah segalanya," kata Sacchi di La Gazzetta dello Sport.
Ya. perkataan Sacchi ada benarnya. Inter asuhan Roberto Mancini ibarat San Paolo yang tangguh dan kokoh, namun tak enak dilihat.
Il Biscione (Sang Ular Besar) yang kini berstatus sebagai pemuncak klasemen, sangat pragmatis dan hanya pernah sekali menang dengan margin lebih dari dua gol di Serie A 2015/16, tepatnya saat mereka membekuk Frosinone 4-0 pada pekan ke-13.
Delapan kemenangan lain yang diraup Stevan Jovetic cs ditandai dengan skor 1-0 (7 kali) dan 2-1 (1).
"Kompetisi masih panjang. Saya pikir ada tiga atau empat tim yang lebih terorganisasi dan lebih tangguh dari kami," kata Mancini di Corriere dello Sport.
Lawatan ke markas Napoli, San Paolo, Senin (30/11/15), akan menjadi ujian kelayakan Inter menyandang status sebagai kandidat kuat juara Serie A 2015-16.
Jovetic dkk. boleh optimistis karena mereka pernah punya pengalaman meredam ketajaman tim ofensif. Pada pekan ke-11, Il Biscione menekuk Roma 1-0.
Namun, persis seperti kata De Laurentiis, San Paolo bisa menjadi seperti toilet yang sering bikin orang terpeleset. Sejak 1997-98, Inter tak pernah menang di sana.
Napoli juga bukanlah Roma yang sangat agresif, tapi berlubang di lini belakang. Partenopei baru delapan kali kemasukan alias cuma kalah sedikit dari Inter (7 kali kebobolan).
Faktor lain yang membuat Napoli kian pede bisa menggusur Inter dari puncak klasemen adalah kolaborasi hebat Lorenzo Insigne dan Gonzalo Higuain.
Secara kolektif Insigne-Higuain sudah mengemas 17 gol dalam 13 pekan Serie A 2015-16. Catatan mereka berdua bahkan sudah melampaui rekor milik duet legendaris Napoli pada 1988-89, Diego Maradona dan Antonio Careca (16 gol dalam 13 pekan perdana Serie A).
Penulis: Sem Sinungging/Tabloid Bola