News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jean Marc Bosman, Pria Pengubah Transfer Sepak Bola itu Kini Cuma Pengangguran

Penulis: Ravianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jean Marc Bosman, pria yang mengubah sistem transfer di dunia sepak bola.

TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Penggemar sepak bola tentunya sudah paham apa itu aturan Bosman.

Ya, itu adalah aturan yang membuat pemain bisa bebas pindah ke klub lain di saat kontraknya habis.

Selasa (15/12/2015) besok adalah peringatan 20 tahun kemenangannya di pengadilan yang lantas membuahkan aturan Bosman.

Aturan itulah yang telah mengubah wajah transfer modern menjadi seperti sekarang. Dulu, sebuah klub bisa menahan seorang pemain untuk tidak pindah meski kontraknya telah habis.

Lalu, bagaimana nasib Jean Marc Bosman, nama pria pengubah dunia transfer di sepak bola tersebut?

Ironis, karena di saat pesepak bola di Eropa bergelimang harta berkat aturan Bosman, pemain Belgia itu kesulitan keuangan, bahkan jadi pengangguran.

Dia hidup di luar kota Liege bersama tiga putranya.

Sportsmail melacak keberadaan pria 50 tahun tersebut. Saat ditemukan, Bosman sedang berada di sebuah kawasan industri yang belum jadi di sekitar bandara Amsterdam, mencari pekerjaan. 

Bosman jatuh miskin karena uangnya habis untuk membayar pengacara dalam kasus yang kemudian berujung adanya aturan Bosman.

Sebagian lagi uangnya salah diinvestasikan untuk membuat merek baju. Dia sempat berharap setiap pemain yang mendapatkan keuntungan dari aturan Bosman bersedia membantu dengan membeli satu saja T-shirt buatannya.

Faktanya, dia hanya mampu menjual satu, yaitu kepada putra pengacaranya.
 

Untuk membayar pajak, dia harus menjual rumah kedua serta mobil Porsche Carrera.

April 2013 silam, Bosman malah dihukum penjara setahun karena terbukti menyerang pacar dan putrinya karena tak mau membelikan minuman beralkohol.

"Saya hidup dengan hanya 570 euro per bulan (sekitar 8,6 juta rupiah), jadi memang tak mudah. Keluarga tetap membantu, FIFPro (federasi pemain profesional) juga membantu, tapi saya tetap mencoba mencari pekerjaan di usia 51. Tidak banyak pekerjaan untuk anak-anak muda, maka lebih susah lagi orang tua seperti saya cari pekerjaan," paparnya.

"20 tahun lalu ketika memenangi gugatan, saya kira telah mencapai akhir terowongan gelap, nyatanya saya malah baru mau masuk."

Kini, keuangan dalam sepak bola lebih tertata dibanding sebelumnya di mana televisi menyumbang pemasukan raksasa untuk klub.

Eks gelandang itu bercerita kalau dirinya terlupakan oleh sepak bola era modern namun menegaskan harus move on jika ingin hidupnya kembali ke trek.

"Seharusnya seseorang yang mampu menyumbang sesuatu sedemikian besar tak hidup seperti yang saat ini dialami," katanya menyebut dirinya sendiri.

Terlupakan, itulah yang dirasakan Bosman. Dia bahkan mengaku tak pernah diundang klub manapun hanya untuk sekadar menonton pertandingan di stadion.

Pemain sekaliber Mark van Bommel, Gennaro Gattuso dan Clarence Seedorf juga hanya menyatakan rasa simpati untuk kehidupannya sekarang.

Bosman mengubah dunia ketika antara tahun 1990 sampai 1995 dia bertarung dengan RFC Liege, kontestan Liga Belgia soal hengkang dari klub setelah kontraknya habis. 

Saat itu dia ingin pindah ke klub Prancis, Dunkerque.

Kepindahan itu berantakan karena RFC ingin dana transfer besar dan ini memicu pertarungan di pengadilan. Bosman menuntut agar klub tak menghalangi ketika kontrak karya habis.

Ketika pengadilan memutuskan kemenangan Bosman, Desember 2015, selanjutnya berlaku aturan pemain bebas pindah ke mana saja jika kontraknya habis. 

Enam bulan sebelum kontrak habis, pemain juga berhak menandatangani perjanjian prakontrak dengan klub manapun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini