TRIBUNNEWS.COM, INGGRIS - Sebutkan salah satu pemain asal Brasil yang punya peran krusial buat klubnya di Premier League. Bukan sebatas berperan, tapi memiliki arti penting sepanjang karier di klub bersangkutan.
Rasanya akan sulit untuk menemukan sosok pemain Brasil yang dimaksud. Premier League adalah ladang istimewa, tempat kompetisi yang diklaim media lokal sendiri sebagai ajang paling bergengsi, bahkan yang terbaik.
Brasil jelas gudangnya pemain-pemain terbaik dunia. Korelasi simpelnya, Brasil dan Premier League harusnya bisa akrab, menyatu, lantaran sama-sama yang "terbaik" di bidangnya. Tapi, kenyataannya tidak demikian. Justru Argentino lebih mudah beradaptasi dengan sepak bola Inggris ketimbang pemain asal Brasil.
Kembali ke atas, sulit untuk mengingat sosok pemain asal Brasil yang punya peranan masif di klub Premier League. Satu nama mencuat dalam memori: Juninho Paulista. Dia adalah gelandang andalan Middlesrough di era-era awal Premier League.
Juninho sangat melekat dengan Boro. Sang gelandang serang merupakan sumber kreativitas Boro dan disebut sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah Middlesbrough. Pemain Brasil lainnya? Mereka relatif datang dan pergi, tanpa memberikan kontribusi besar layaknya bintang Negeri Samba di liga lain seperti Serie A Italia dan La Liga Spanyol.
Nama-nama seperti Anderson (Manchester United), Julio Baptista (Chelsea), Fabio Aurelio (Liverpool), hingga Elano atau Robinho sang Pele baru (Manchester City), jelas tak bisa dibilang sukses besar.
Pekan ini, bursa transfer Premier League kembali melibatkan tiga pemain Brasil. Satu meninggalkan Inggris, Ramires, dan dua lagi bersiap datang ke Premier League: Alexandro Pato dan Alex Teixera.
Akan sangat menarik menunggu bagaimana peran Pato bersama Chelsea dan Alex bareng Liverpool. Pato sudah pernah merasakan atmosfer sepak bola Eropa di Italia bersama AC Milan. Teixera merumput buat Shakhtar Donetsk.
Rekor Pato bareng Milan tak buruk: 63 gol dari 150 laga. Jangan lupa, ia juga menjalani dua tahun terakhir dengan penuh badai cedera: 14 cedera hamstringdan paha dalam kurun dua tahun terakhirnya di San Siro. Pato menyalahkan Milan, karena memainkannya saat tak fit.
Milan menyalahkan Pato atas perkembangan yang tak sesuai keinginan dan kehilangan fokus. Fokus dalam hal ini adalah kehidupan luar lapangan si pemain. Waktu berlalu, Pato berhenti mencetak gol dan pulang kampung ke Brasil.
Awal musim ini, Chelsea sudah berusaha merekrut Pato. Namun, keinginan itu sepertinya baru terwujud sekarang. Akankah Pato, dan Alex Teixera, masuk kategori langka, seperti Juninho, dengan meraih kesuksesan bersama Chelsea? Atau mereka berdua meneruskan "tradisi" jelek pemain asal Brasil di Inggris? Sekali lagi, Premier League merupakan kolam kompetisi yang berbeda dan tak perlu terkejut kalau melihat Pato dan Alex meneruskan tradisi jelek tadi. (Juara.Net)