TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - CEO Persema Malang, Dito Arif mengatakan, seharusnya PSSI menjalankan persyaratan dari Menpora.
Dengan demikian, normalisasi sepak bola nasional bisa segera dilakukan.
"Kalau meminta SK Pembekuan dicabut, seharusnya PSSI mau menerima dan menjalankan syarat yang diberikan Menpora. Karena persyaratan itu bertujuan untuk membenahi sepak bola di Tanah Air. Jangan mau enaknya sendiri dong," kata Dito kepada Harian Super Ball,kemarin.
Menurut Dito, persyaratan dari Menpora bertujuan untuk membenahi PSSI dari sisi sistem dan internal.
"Sistem sepak bola kita kan belum berjalan sesuai harapan. Masih banyak perlakuan yang tidak dirasa adil oleh klub-klub di Tanah Air. Internal PSSI juga diisi oleh orang-orang lama. Akhirnya kebijakan yang dikeluarkan pun demi kepentingan kelompok mereka. Akhirnya klub-klub tidak diperhatikan dan tidak maju," ujar Dito.
Dito mengucapkan, jika pengurus PSSI memang punya niat untuk membenahi sepak bola nasional, akan menerima persyaratan itu.
"Kalau memang PSSI punya niat baik untuk membenahi sepak bola, mereka pasti akan menjalani seluruh persyaratan itu dengan ikhlas. Bukannya mengeluh persyaratan itu berat. Apalagi sampai menganggap syarat itu hanya buatan dari Menpora saja. Kita harus sama-sama bertindak fair. Kalau mereka minta sanksi dicabut ya semestinya PSSI juga mengikuti kemauan dari Menpora," ucap Dito.
Dito sepakat jika Kongres Luar Biasa (KLB) yang menjadi poin terakhir dari syarat yang diajukan Menpora dilaksanakan oleh PSSI.
"Sejak awal, kami memang meminta untuk digelar KLB. Karena kepengurusan PSSI saat ini diisi orang-orang lama yang mengutamakan kepentingan kelompok mereka saja. Dengan KLB, akan dibentuk pengurus baru dengan orang-orang baru yang ingin membenahi sepak bola kita. Seharusnya para voter melihat KLB sebagai kebutuhan krusial untuk bisa merubah total internal dari PSSI," tutur Dito.
Hanya saja Dito mengkritik syarat dari Menpora yang meminta kepada PSSI untuk menjamin tercapainya prestasi timnas sebagai juara satu dalam Piala AFF tahun 2016, SEA Games tahun 2017, lolos Kualifikasi Piala Dunia tahun 2018, dan Asian Games XVIII tahun 2018.
"Dalam kondisi sepak bola seperti ini, syarat itu menjadi hal yang kurang realistis. Bagaimana bisa mencapai target seperti itu, karena timnas saja belum terbentuk. Kita sulit mendapatkan pemain-pemain terbaik, karena kompetisi belum berjalan. Ini smestinya dipikirkan oleh Menpora," terang Dito.
Dito menjelaskan, seharusnya Menpora fokus terhadap digelarnya kompetisi. Pasalnya sejauh ini hanya tim-tim dari Liga Super Indonesia (LSI) saja yang berkesempatan ikut turnamen yang digelar akhir-akhir ini.
"Dengan digelarnya kompetisi, maka semua klub dari kasta amatir sampai profesional seperti LSI akan merasakan pertandingan jangka panjang. Ratusan klub di Indonesia membutuhkan itu. Turnamen yang hanya diikuti oleh LSI saja. Padahal klub dari divisi 1,2,3, Divisi Utama, sampai Liga Nusantara berhak mengikuti kompetisi," jelas Dito.
Soal kompetisi yang tidak bisa menggaransi tim bisa main ke AFC Cup, papar Dito tidak menjadi target utama.
"Ngapain kita ngomong AFC Cup atau pertandingan internasional lainnya, kalau kita selalu kalah dan nggak pernah jadi juara. Maka, lebih baik digelar dulu kompetisi. Tidak masalah meski kondisi masih berkonflik. Menpora masih bisa menggelar kompetisi tanpa PSSI. Karena kompetisi dibutuhkan seluruh klub di Indonesia. Tanpa itu roda sepak bola kita tidak akan pernah berjalan dengan baik. Menurut saya, sebaiknya kompetisi resmi itu bisa digelar pada Juni ini," papar Dito.
Selain masalah kompetisi, verifikasi seluruh klub juga perlu dilakukan. Agar penempatan sebuah klub di strata bisa dilakukan dengan adil.
"Pada kenyataannya masih banyak klub LSI yang sebenarnya hanya pantas di Divisi Utama. Tetapi karena punya dana, maka dimasukan ke LSI. Padahal klub-klub yang berada di strata bawah lebih berhak tampal ke LSI, karena punya nilai historis dan prestasi yang lebih baik dari klub LSI. Menurut saya, seharusnya verifikasi harus dilakukan secepatnya. Agar berjalan adil, verifikasi dilakukan oleh tim independen. Jangan sampai ada tim-tim dengan nama baru dianggap pantas ke LSI. Padahal tim lain yang lebih lama umurnya tidak dimasukan ke LSI atau Divisi Utama," tambah Dito.