TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Penyerang Sriwijaya FC, Alberto Goncalves ternyata pernah mendapat tawaran untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) beberapa waktu silam.
Meski akhirnya proses naturalisasi tersebut gagal terwujud, top skor kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 tersebut mengaku tidak kecewa.
Penyerang asal Brasil ini menjelaskan bahwa tawaran naturalisasi menjadi WNI tersebut diterimanya saat masih memperkuat Persipura Jayapura tahun 2010 silam.
Ketika itu, Beto mendapat tawaran bersama Christian Gonzales yang masih bermain untuk Persib Bandung.
Namun dalam perjalanan proses tersebut, Beto mengalami cedera parah dan memaksanya harus pulang ke kampung halamannya di Brasil untuk pemulihan.
"Saya harus beristirahat selama 7 bulan untuk proses penyembuhan cedera itu, dan saat kembali ke Indonesia ternyata proses naturalisasi Christian Gonzales sudah rampung,” jelasnya.
Saat itu, Beto mengaku cukup bingung namun akhirnya memilih tidak mempertanyakannya dan fokus ke kariernya sebagai pesepakbola di tanah air.
Beto sendiri menyebut dirinya memang cukup layak mendapat kesempatan untuk proses naturalisasi karena telah memenuhi aturan yang ditetapkan.
Mulai dari masa tinggal di Indonesia dan juga memiliki seorang istri yang merupakan warga negara Indonesia. Istri Beto yakni Roesmala Dewi yang dinikahinya pada tahun 2010 dan sudah memberikannya 2 putri yakni Daniella (7) serta Dandara (3) memang asli Indonesia dan berdarah Palembang.
Saat ditanya apakah masih berminat bila kembali ditawari menjadi seorang WNI, dengan halus Beto mengaku bahwa hal tersebut sudah terlambat karena kini usianya tidak lagi muda.
“Namun perlu dipahami, saya sudah hampir 10 tahun bermain di Indonesia dan sangat menikmati karier sepakbola disini. Saya juga senang karena selama ini selalu mendapat sambutan yang hangat dari masyarakatnya, jadi meski tidak menjadi WNI saya tetap akan bangga dengan negeri ini dan akan berusaha membantu sebisa saya nanti,” tegasnya.
Menurutnya, sepakbola Indonesia sudah seharusnya mampu menjadi kekuatan besar di Asia Tenggara dengan modal yang sudah dimiliki selama ini.
“Dukungan masyarakat yang sangat gila sepakbola merupakan modal yang utama, selain itu saya juga melihat banyak bakat dan talenta yang luar biasa di Indonesia. Tinggal bagaimana caranya meningkatkan mutu kompetisi serta pembinaan pemain usia dini,” terangnya