"Saya telah di-bully selama 18 bulan sebelumnya."
"Orang-orang ingin menyingkirkan saya, itulah masalah yang sebenarnya," imbuh Rafati.
Rafati lantas mengeluhkan, sejak usaha bunuh dirinya itu gagal, tak ada satu pun dari asosiasi sepak bola Jerman yang menghubunginya.
Namun, semua rekannya sesama wasit menghubungi untuk menyampaikan empati.
Rafati juga mengungkapkan bahwa Bastian Schweinsteiger, yang saat itu berusia 27 tahun dan bermain di Bayern Muenchen, secara pribadi menulis surat kepadanya setelah mendengar kejadian itu.
"Bastian Schweinsteiger mengirim surat kepada saya, dan itu yang membuat saya sangat berubah," kata Rafati.
Tidak ada motif tersembunyi dari Schweinsteiger, karena Rafati tak bisa lagi menjadi wasit setelah peristiwa itu.
"Dia (Schweinsteiger) menulis, "Tuan Rafati, orang sering membuat kesalahan dalam hidup, tapi kita harus bangkit lebih sering. Saya berharap Anda yang terbaik'."
Sisi manusiawi Schweinsteiger sangat mengena pada diri Rafati.
"Depresi masih tabu besar dalam sepak bola," kata Rafati.
"Sejak saat itu saya telah bekerja sebagai pelatih pikiran dengan tiga pemain Bundesliga."
"Saya bisa mengesampingkan ingin bunuh diri lagi."
"Sekarang saya tahu bahwa saya gila, dan hidup ini terlalu indah untuk menghancurkan diri sendiri. "
Angkat topi untuk Schweinsteiger. (*)