TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Hilton Moreira sejauh ini memang menjadi tumpuan lini depan Sriwijaya FC.
Koleksi gol yang dibuatnya bersama kompatriotnya Alberto Goncalves, jadi senjata tajam untuk membobol gawang lawan.
Ketergantungan tim berjuluk Laskar Wong Kito terhadap Hilton Moreira memang cukup besar.
Artinya, ada atau tidak adanya Hilton memang cukup menentukan hasil pertandingan yang dilakoni Sriwijaya FC.
Sayangnya, dengan karakter mantan penggawa Persib Bandung ini, yang terkadang "Nakal" kerap membawa kerugian untuk tim Sriwijaya FC.
Seperti babak penyisihan Piala Presiden, Sriwijaya FC harus menerima kenyataan tidak bisa menurunkan Hilton di laga ketiga kontra Pusamania Borneo.
Itu karena pemain nomor punggung 10 itu terganjal sanksi akumulasi kartu.
Menariknya, dua kartu kuning yang didapat Hilton dalam laga kontra Barito Putra dan Arema FC dalam situasi bukan krusial.
Pelanggaran justru didapat saat bola di posisi pertahanan lawan.
Banyak anggapan, pelanggaran yang seharusnya tidak diterima justru harus didapat Sriwijaya FC.
Tatapi anggapan ini justru dibantah manajer Sriwijaya FC, Nasrun Umar.
Menurutnya, hal-hal tersebut di lapangan sulit diprediksi dengan karakter yang memang ada di dalam diri Hilton.
Bahkan Nasrun tidak membenarkan jika ada ungkapan "No Hilton No Party".
"Saya selalu bicara dengan para pemain kunci kita, salah satunya Hilton. Saya melihat, tidak ada rasa ingin kenakalan ini. Jadi saya tahu, kejadian di lapangan murni situasional," ucapnya, Senin (6/3/2017).
Diapun menganggap bahwa karakter Hilton yang meledak ledak di lapangan, biasa di dalam diri seorang pemain. Tekling atau berduel, jadi bagian di sepakbola.
"Tetapi jika satu pemain selalu, diberi hukuman tidak adil oleh wasit. Menurut saya semua pemain akan berontak. Jadi wajar jika Hilton, kesal seperti itu kemarin," ungkapnya.