TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk kali pertama PSSI mencari Sekretaris Jenderal (Sekjen) dengan cara memasang iklan di media.
PSSI artinya sudah memerlukan kehadiran seorang profesional utk menduduki jabatan direktur eksekutif atau direktur pengelola.
Mantan pengurus PSSI, Drs. H. Sumaryoto Padmodiningrat mengatakan dengan menggunakan orang profesional yang dibayar oleh PSSI, berarti lembaga ini sungguh-sungguh ingin mengelola persepakbolaan Indonesia secara profesional.
Namun, kata pramakarsa berdirinya Guyub Insan Sepakbola Indonesia (GIS) yang merupakan paguyuban para mantan wartawan peliput sepakbola era 80-90-an ini, harus dilihat apakah rencana PSSI ini sudah sesuai dengan AD/ART dan Keputusan Konggres Tahunanan maupun 4 Tahunan atau tidak.
"Sebab, jika tidak sesuai dengan AD/ART maka tidak bisa dilakukan karena melanggar aturan," ungkap Sumaryoto.
Sementara itu, anggota GIS, Nanang Setiawan mengatakan bahwa Sesuai dengan statuta FIFA, Sekjen adalah seorang profesional yg menjalankan program2 organisaai sesuai keputusan Kongres.
"Oleh karena itu, yang harus kita ketahui, hasil Kongres di Bandung akhir Januari lalu itu apa?? Saya lupa, yang pasti isinya adalah soal kompetisi U-15 Piala Haornas U-17 Piala Suratin, Liga 3, Liga 2, dan Liga 1. Kemudian persiapan Timnas di berbagai kelompok usia hingga senior," katanya.
Demikian pula Bambang Kendro, mantan peliput sepakbola senior ini mengatakan, yang terpenting, apabila PSSI melaksanakan ini maka harus hati-hati sejak awal.
"Yaitu sejak proses pengerucutan para calon yang mendaftar. Bila dari awal sudah keliru maka kejadian salah pilih akan berulang kembali," tuturnya.
Begitu juga PSSI diakuinya harus terbuka dengan cara mengumumkan nama-nama para calon sekjen supaya masyarakat, terutama para pengamat sepakbola nasional bisa mengetahui siapa saja yang akan menjalani fit and proper test.
"Dan untuk proses fit and proper test sebaiknya juga dilakukan secara terbuka, trasparan," tandasnya.
Kriteria lain yang disebutkan Sarwono, mantan reporter sepakbola RRI adalah, selain menata kembali kejuaraan klas usia, suratin dan liga 1- 3, sekjen juga punya wawasan menghidupkan lagi kesebelasan perserikatan.
"Kembalikan putaran kompetisi seperti tahun 80-an. Ada kompetisi Perserikatan puncaknya Agustus. Ada kompetisi Galakarya puncak HUT Korpri. Ada putaran Galatama, antar Pelajar ke Suratin antar Mahasiswa. Saya ingat SIWO PWI pernah membuat satu pertandingan juara sejati yang mempertemukan juara Galatama Galakarya dan juara Perserikatan," jelasnya.