Laporan wartawan Tribun Jabar, Wanti Puspa
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Almarhum Ricko Andrean Maulana (22), bobotoh yang menjadi korban pemukulan salah sasaran, merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara.
Ricko Andrean Maulana lahir dari orang tua berdarah Minang, Upik Putih dan Amir Hasan Tege.
Orang tuanya yang berasal dari Pariaman Padang ini telah lama pindah ke Bandung, sejak 1979.
Maka ketujuh anak Upik Putih dan Amir Hasan Tege lahir dan dibesarkan di kota Bandung, termasuk almarhum Ricko Andrean Maulana.
Ricko Andrean Maulana lahir di Bandung, 15 Juni 1995. Sejak lahir Ricko Andrean Maulana paling berbeda dari keenam kakaknya.
Ia memiliki kulit berwarna putih, hidungnya mancung, dan rambutnya pirang.
Bayi-bayi Raksasa dari Penjuru Dunia, Satu di Antaranya dari Indonesia https://t.co/aPQru5cWz1 via @tribunjabar
BERITA REKOMENDASI— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 30, 2017
Beranjak dewasa ia tumbuh menjadi anak yang berparas tampan, dengan postur tubuh yang tinggi dibanding empat kakak laki-lakinya.
Tak heran sejak duduk dibangku sekolah dasar ia dipanggil dengan sebutan "bule".
Saat itu ia sekolah di SD Cicadas 21, Bandung, supaya dekat dengan rumah orang tuanya di Jalan Tamim Abdul Syukur, Jembar, Cicadas, Bandung.
Enam tahun sekolah di SD Cicadas 21, almarhum Ricko dikenal sebagai anak yang usil dan jahil.
Kecintaannya terhadap dunia sepak bola pun ia perlihatkan ketika duduk di kelas 4 SD.
Waktu istirahat yang ia miliki dihabiskannya untuk bermain sepak bola.
Tidak jarang ia ditegur oleh kepala sekolah karena sering memecahkan kaca kelas.
Deretan Artis Cantik Ini Nikahi Lelaki Brondong, Nomor 3 dan 4 Kisahnya Bikin Baper! https://t.co/YUND8zH8Bc via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 30, 2017
"Paling diinget itu dia (almarhum Ricko) sering main bola sewaktu istirahat, sampai beberapa kali dipanggil sama kepala sekolah karena memecahkan kaca kelas," ujar Afifah Ruwaidah rekan satu kelas almarhum ketika SD kepada TribunJabar.co.id, di rumah duka, Kamis (27/7/2017) sore.
Lulus dari SDN Cicadas 21, ia melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Pasundan 1 Bandung yang berada di Jalan Pasundan, Balong Gede, Bandung.
Saat akan lulus dari kelas tiga SMP di tahun 2010, Ricko harus menerima kenyataan pahit.
Ibunda tercintanya, Upik Putih meninggal dunia. Saat itu Ricko yang masih berusia 15 tahun amat kehilangan, mengingat ia begitu dekat dengan almarhumah ibunya.
"Sangat kehilangan, karena anak bungsu dia paling dekat sama mamah. Tidur juga pengennya bareng sama mamah," ujar Susilawati, kakak kedua dari Ricko Andrean.
Dari mulai SMP inilah, Ricko mulai aktif bermain futsal di sekolah dan aktif Karang Taruna di lingkungan rumahnya.
Tiga tahun lulus akhirnya Almarhum Ricko Andrean Maulana memutuskan untuk sekolah ke SMA Pasundan 2 Bandung yang ada di jalan Cihampelas.
Kesedihan Ricko bertambah ketika ia duduk di bangku kelas 2 SMA.
Ayahnya Amir Hasan Tege meninggal dunia di tahun 2012, menyusul ibunda tercinta almarhum Upik Putih.
Hati-hati Kalau Kerokan, Bisa Berakhir Seperti Perempuan Ini https://t.co/qZaGIfPx97 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 30, 2017
Sejak itulah Ricko Andrean Maulana hanya tinggal bersama kedua kakaknya di rumah peninggalan kedua orangtuanya.
Ricko tinggal dengan kakak keduanya Susilawati serta kakak keenamnya.
Kelima kakaknya yang lain tinggal terpisah dari rumah yang dihuni olehnya dan kedua kakaknya.
Menurut Susilawati, Ricko merupakan anak yang tertutup di dalam rumah, tapi aktif di luar rumah.
"Ya dia mah tertutup di rumah mungkin enggak banyak ngobrol sama kami yang tua, kalau di luar mah punya geng aktif sana-sini," ujar Susilawati sambil tertawa mengenang almarhum adik bungsunya.
Berbeda dengan keenam kakaknya yang mencicipi bangku kuliah, almarhum Ricko Andrean Maulana justru tidak ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.
"Dia mah emang enggak pengen kuliah, 'ah hoream kuliah mah, langsung kerja we' (ah malas kuliah, mau langsung kerja saja)," ujar Susilawati sambil menirukan almarhum adiknya saat itu.
Tidak lama setelah lulus SMA di tahun 2013, almarhum Ricko Andrean Maulana diterima bekerja di Alfamart.
Penempatan kerja pertamanya di Alfamart yang berada di Jalan Asia Afrika, Bandung.
Meski Hidup Pas-pasan, Aki Oma Tak Mau Susahkan Anak https://t.co/7qetgbWPpv #TribunJabar pic.twitter.com/QpJQunRz6K
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 30, 2017
Usai bekerja di Alfamart ia berpindah kerja ke Yogya Departement Store yang berada di Lucky Square Mall, Antapani Bandung.
Belum sampai satu tahun bekerja, Ricko Andrean Maulana telah lebih dulu dipanggil yang Maha Kuasa.
Ricko Andrean Maulana menjadi korban pemukulan oleh oknum suporter bola ketika menonton pertandingan Persib Bandung melawan Persija Jakarta, di Lapangan Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung, Sabtu (22/7/2017).
Ia sempat dirawat intensif selama lima hari di Rumah Sakit Santo Yusuf, Bandung.
Kondisinya semakin menurun di hari ketiga karena pendarahan yang terjadi dalam otaknya akibat pukulan benda tumpul.
Ricko Andrean Maulana menghembuskan nafas terakhirnya,Kamis (27/7/2017) sekira pukul 10.10 WIB dan dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikutra, Bandung, sore harinya.(*)