TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tim nasional U-19 dan kelas-kelas yang lebih junior lainnya bisa lebih mendulang prestasi dibandingkan tim nasional U 22 dan timnas senior.
Hal itu menurut Ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Edy Rahmayadi, adalah karena perbedaan tingkat kestabilan emosi.
Ia mencontohkan dengan peristiwa dimana tim Garuda Muda saat bertanding melawan timnas Malaysia pada 28 Agustus lalu.
Baca: Terjun di Pilkada, Pangkostrad Siap Hadirkan Keamanan Bagi Warga Sumut
Saat itu, tiga orang pemain andalan Indonesia harus absen, karena masalah akumulasi kartu.
Edy Rahmayadi menyebut masih ada permasalahan di timnas U 22.
"Dari evaluasi kemarin, itu non fisiknya yang belum siap, yaitu emosional, membuat 'team work' (red: kerjasama tim) terganggu. (Tim) usia 22, saat yang diperlukan main dengan Malaysia, tiga pemain inti tidak bisa main karena akumulasi kartu," ujarnya kepada wartawan di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, Kamis (28/9/2017).
Tiga pemain yang gagal tampi melawan Malaysia, adalah Hansamu Yama, M. Hargianto, dan Marinus Wanewar.
Baca: Januari, Pangkostrad Berniat Mundur Demi Pilkada Sumut
Mereka mendapat akumulasi kartu kuning dari laga sebelumnya, melawan Malaysia. Dalam pertandingan melawan Malaysia, Garuda Muda harus takluk dengan skor 1-0.
Kemampuan fisik timnas U-22 saat menghadapi timnas Malaysia, ia akui sangat mumpuni.
Namun modal tersebut belum cukup untuk menaklukan timnas negeri Jiran.
Oleh karena itu, kedepannya, yang akan dilakukan PSSI, adalah membina agar persoalan yang sama tidak terulang.
"Itu yang dikembalikanke dia, dipahami, bahwa olahraga itu tidak bisa dipakai dengan emosi. Salahkah mereka (timnas U-22), oh tidak salah, persoalannya bukan salah tidak salah, (tapi) untung dan rugi yang perlu dipikirkan," katanya.