Dikarenakan pengetahuan akan tindakan yang tepat dan cepat merupakan goal seorang atlet akan bisa hidup/cacat/bahkan meninggal dunia.
Saya mengamati kalau publik sekarang baru menyoroti kinerja tim medis. Namun, semua tidak bisa ditimpakan ke tim medis.
Permasalahnnya kompleks dari manajemen federasi sampai ke knowledge dan skill tim medis beserta fasilitas kesehatan yg tersedia.
Syukur sudah ada tim medis yang bekerja daripada tidak ada sama sekali. Nah, ini yg harus cek dan ricek.
Saya rasa perhatian untuk medis sangatlah penting dari federasi tidak hanya pada sistem kepelatihannya saja, karena peran medis juga vital dalam peningkatan prestasi atlet.
Mengeluarkan budget yang besar untuk medis saya rasa bukanlah kerugian.
Kalau pengalaman saya melihat dan membandingkan peralatan medis tim negara Jepang, Korea, dan bahkan Eropa lainnya sudahlah sangat standar.
Kebetulan saya sendiri pernah mengikuti medicine football yg diselenggarakan oleh AFC/FIFA beberapa tahun lalu.
Beberapa tahun lalu sempat ada pelatihan tentang sports injury utk tim medis liga. Tapi Setelahnya kok tidak ada lagi. Ini yang harus kita pertanyakan lagi ke federasi. Kegiatan seperti itu sangatlah penting dan bermanfaat.
Ilmu pengetahuan tentang sports injury mutlak ditambahkan dan diajarkan ke tenaga medis yg bertugas.
Terkadang yang bertugas sebagai tim medis bukanlah seorang dokter, kadang fisioterapi, masseur, dan tenaga paramedis.
Beberapa yang saya amati belum memenuhi standard medis. Ini yang harus federasi bantu utk pemenuhannya.
Mulai dari obat-obatan, alat emergency musculosceletal, emergency cardiorespiration, AED (defibrilator jantung), alat cek suhu udara dan kelembaban. Soal SDM perlu di upgrade ilmunya juga.
Terjadinya kolaps atau pun susah napas di lapangan memang harus diselesaikan manajemennya di dalam lapangan sampai atlet bisa napas spontan sehingga dibawa ambulans dalam keadaan stabil.