Bila dibandingkan dengan pemain lain di susunan starting XI saat menghadapi Timnas U-23 Bahrain, Evan Dimas hanya melepas 26 operan alias cuma lebih banyak dibandingkan kiper Andritany Ardhiyasa, pemain sayap Osvaldo Haay, serta striker Lerby Eliandry.
Kesulitan Evan Dimas ini tak hanya berpengaruh pada dirinya sendiri, melainkan juga berimbas ke pemain lain.
Dalam 14 kesempatan bermain di posisi gelandang bertahan bersama Timnas Indonesia di era Luis Milla, Labbola melansir bahwa pemain berusia 23 tahun ini menciptakan rata-rata 1,67 peluang per laga.
Saat menghadapi Timnas U-23 Bahrain, Evan Dimas tercatat cuma menciptakan 1 peluang.
Masalahnya, Luis Milla tak bisa berharap Zulfiandi mampu menggantikan peran Evan Dimas sebagai aktor pencipta peluang bagi lini depan.
Saat melawan Timnas U-23 Bahrain, pemain Aceh berusia 22 tahun tersebut hanya sekali menciptakan peluang.
Hal itu sebenarnya tak mengherankan mengingat Zulfiandi juga cuma menorehkan rataan 0,4 peluang per laga di Liga 1 2018.
Belum lagi mengingat bahwa dengan menggeser Evan Dimas ke belakang striker berarti mengorbankan Septian David Maulana.
Pemain milik klub Mitra Kukar yang disebut terakhir ini belakangan mencuat sebagai playmaker baru Tim Merah Putih di era Luis Milla.
Baca: Meski Belum Pernah Juara, Peringkat Timnas Indonesia Lebih Baik dari Singapura, Vietnam dan Malaysia
Masuk pada menit ke-59 saat menghadapi Timnas U-23 Bahrain, Septian David Maulana membuat permainan Garuda Muda lebih menggigit berkat eksplosivitas gerakannya saat meliuk-liuk di antara pertahanan lawan.
Hal terakhir inilah yang membedakan gaya bermain Septian David Maulana dengan Evan Dimas Darmono.
Statistik Labbola memperlihatkan bahwa, saat bermain di posisi belakang striker, Septian David Maulana bisa menciptakan 8 peluang bagi timnas asuhan Luis Milla. (*)
Berita ini sudah tayang di BolaSport.com dengan judul: Statistik Perlihatkan Evan Dimas Belum Nyaman pada Posisi Baru di Belakang Striker bersama Timnas Indonesia