Baik Simon dan van Marwijk adalah pelatih yang suka bermain pragmatis.
Artinya, kedua pelatih mengadaptasi taktik yang digunakan lawan dan cenderung bermain direct.
Kedua pelatih lebih memilih meraih hasil tanpa mementingkan bagaimana kemenangan atau hasil positif didapatkan.
Secara formasi keduanya pun mirip, 3-4-2-1/3-2-4-1 dengan dua playmaker sebagai double pivot atau berubah menjadi 4-2-3-1.
Jangan heran apabila nanti UAE akan bermain sedikit bertahan dan hati-hati dalam menyusun serangan.
"Saya adalah pelatih realistis, saya menyukai sepakbola kreatif dengan variasi taktik, tapi kemenangan adalah hal penting," ujar van Marwijk, dilansir The Guardian.
Permainan pragmatis inilah yang membuatnya banyak dikritik kala menangani Belanda.
Harian de Volkskrant, pernah mengkritik permainan van Marwijk kala menangani Belanda yang tidak sesuai dengan filosofi permainan Total Football.
Alhasil, posisi runner-up Piala Dunia 2010 tetap mendapatkan kritik.
Kritik tersebut terbukti, Belanda gagal total di Euro 2012.
Nol poin adalah raihan De Oranje dalam ajang yang digelar di Ukraina dan Polandia tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan van Marwijk, Simon pun serupa.
Kemenangan jauh lebih penting daripada bermain atraktif, kemenangan adalah harga mati.
Terlihat dari apa yang dilakukan Simon bersama Bhayangkara FC.