TRIBUNNEWS.COM - Legenda Timnas Indonesia yakni Rochy Putiray merasa curiga perihal pamitnya Fakhri Husaini dari kursi kepelatihan Garuda Muda beberapa waktu lalu.
Padahal dibawah arahan Fakhri Husaini, Timnas Indonesia U19 mampu menjadi kekuatan yang cukup menakutkan dengan permainan cepat yang sering menjadi andalan Sultan Zico cs.
Fakhri Husaini secara mengejutkan langsung mengucapkan pamit usai mengantarkan Garuda Muda ke putaran final Piala Asia U19 2020.
Usai meraih kemenangan telak melawan Timor Leste dan Hong Kong, di laga terakhir tim Garuda Muda mampu menahan imbang tim kuat yakni Korea Utara.
Timnas U-19 Indonesia pun memuncaki klasemen Grup K Kualifikasi Piala Asia U-19 2020 dengan nilai 7 poin dan berhak lolos ke putaran final.
Namun, setelah itu, Fakhri Husaini memutuskan untuk pamit dari kursi kepelatihan timnas U-19 Indonesia.
Ia menyatakan bahwa kontraknya akan berakhir pada Desember 2019.
Rochy Putiray yang pernah bermain bersama Fakhri Husaini di timnas Indonesia pada 1997, menilai bahwa ada alasan lain di balik keputusan pelatih timnas U-19 tersebut.
"Soal mundurnya Fakhri, saya yakin ada yang enggak beres di kepengurusan PSSI sebelumnya. Karena saya sangat kenal dia, bahkan saya pernah ribut sama dia," ujar Rochy Putiray saat ditemui di Lapangan Pusdikjas, Cimahi, Rabu (13/11/2019), dikutip dari Tribun Jabar.
Rochy Putiray juga mengaku belajar banyak soal sepak bola di dalam maupun luar lapangan dari sosok Fakhri Husaini, termasuk soal komitmen sebagai pemain dan pelatih.
"Enggak mungkin alasan dia mundur hanya karena statusnya sebagai karyawan di salah satu perusahaan," kata Rochy.
"Kalau karena alasan itu, dia enggak akan terima kerjaan sejak awal. Dan desakan dia harus balik ke timnas pun sebenarnya desakan netizen," ucapnya.
Pria yang dikenal nyentrik saat bermain bola dengan sepatu yang berbeda warna itu menambahkan, belakangan, PSSI senang mengganti pelatih saat timnas senior maupun junior sedang bagus-bagusnya.
"Tren federasi sepak bola Indonesia itu ketika pelatih sedang bagus-bagusnya lalu dicoret. Itu merusak mental pemain. Pekerjaan besar buat kepengurusan PSSI yang baru," kata Rochy melanjutkan.