TRIBUNNEWS.COM - Mantan kiper Chelsea dan Arsenal, Petr Cech mengakui ajang Liga Inggris ataupun Liga Champions bukanlah suatu kompetisi yang menjadi favorit dalam kariernya.
Kiper berdarah Ceko tersebut justru menyebut kompetisi Piala FA jadi sesuatu yang favorit baginya.
Dalam hal popularitas, Piala FA mungkin akan kalah jauh dengan perhelatan Liga Champions hingga Liga Inggris.
Hanya saja, Cech mencoba memandang dari sudut lainnya sehingga ia memiliki alasan menyukai kompetisi bola tertua dunia tersebut.
Baca: Romelu Lukaku Tak Akan Pernah Memaafkan Satu Mantan Pelatihnya di Chelsea
Baca: Roberto Carlos Hampir Gabung ke Chelsea setelah Bebas Transfer dari Real Madrid
Menurut Cech, kompetisi Piala FA memiliki daya magis tersendiri utamanya dalam hal emosi.
Ditambah atmosfer hebat yang akan dirasakan oleh setiap pemain yang berkempatan tampil di partai puncak FA.
Stadion Wembley yang diisi lautan manusia akan menjadi tontonan tersendiri yang terkadang membuat merinding.
"Jika anda memiliki pertandingan besar di kompetisi Liga Inggris, maka kadang-kadang anda akan melihat beberapa sorotan," ungkap Cech, dilansir laman resmi Chelsea.
"Tetapi final Piala FA adalah salah satu pertandingan yang selalu ingin anda lihat, dengan semua keajaiban ketika bermain dengan atmosfer di Wembley," lanjut eks pemain Arsenal tersebut.
"Apalagi kami dulu tidak bisa menonton banyak sepak bola Inggris, tetapi final Piala FA adalah salah satu pertandingan yang selalu ada," jelasnya.
Baca: Rencana Comeback Liga Inggris Digoyang Virus Corona, 2 Anggota Tim Dinyatakan Positif
Baca: Senyum Bahagia Arsene Wenger saat Melihat Liverpool Gagal Torehkan Invicibles
Cech yang lahir di Ceko bercerita masa kecilnya yang selalu ingin menonton pertandingan Piala FA dan Liga Inggris.
Hingga pada akhirnya, Cech mampu mewujudkan mimpinya untuk bisa menghabiskan sebagian kariernya di kompetisi tersebut.
"Ketika saya datang ke sini dan memainkan pertandingan Piala FA pertama saya, saya memiliki kenangan melihatnya di TV," kenang Cech.
"Ketika komunisme berakhir dan kami pindah ke demokrasi lalu kami bisa menonton sepak bola seperti yang orang lain bisa lakukan," jujurnya.