Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudistira Wanne
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator penyelenggara Liga 1 dan 2 2020, Senin (28/9/2020), resmi membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 dalam di ruang lingkup sepak bola nasional.
Satgas Penanganan Covid-19 tersebut dipimpin langsung oleh Direktur Operasional PT LIB, Sudjarno yang bertugas sebagai Ketua Satgas.
Kemudian salah satu Wakil Kasatgas diamanatkan kepada dr Syarif Alwi yang selama ini bertugas sebagai tim medis PSSI.
Menyikapi hal tersebut, pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali menyambut positif gagasan yang terbentuk.
Hanya saja, Akmal menyayangkan minimnya sosialisasi terkait bagaimana teknis mendetail ketika berada di lapangan.
"Gagasan yang bagus, hanya bagaimana job kerjanya kan sejauh ini minim sosialisasi. Sosialisasi protokol kesehatan baru dilakukan 16 September 2020 itu pun via zoom meeting karena pertemuan langsung di Yogyakarta tidak dapat izin," ujarnya, Selasa (29/9/2020).
Lebih lanjut, Akmal mengatakan semua rumusan yang tertera di guidence dan dibuat PSSI sangat bagus dari tataran idealisme. Tapi, belum dalam tataran praktek lapangan.
Hal itu dapat dilihat dengan tidak tertibnya pemain asing yang datang ke Indonesia terkait urusan penerapan kedisiplinan protokol kesehatan.
"Sebagai contoh, ada aturan orang asing yang datang ke Indonesia meski sudah bawa surat pernyataan negatif dati negaranya, harus isoloasi 14 hari. Faktanya, pemain asing yang baru sampai langsung pada latihan. Artinya, tataran konsep dengan pelaksanaan di lapangan tidak sama," tegasnya.
Selain itu, Akmal juga menyoroti beberapa pertandingan uji coba yang dilakukan klub dan sedikit lalai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
"Beberapa klub melakukan pertandingan layaknya normal. Padahal, harusnya sebelum uji coba mereka lakukan rapid test atau swab dulu. Ada juga klub yang uji coba lalu dihadiri banyak pendukungnya," paparnya.
Tak hanya itu, Akmal juga menyoroti beberapa permasalahan lainnya, seperti belum adanya jaminan keamanan dan kenyamanan.
"Misalnya, proses perpindahan satu tim dari satu daerah ke daerah lain. Semula lokalisasi kompetisi saya pikir hanya di area Jateng misalnya. Tapi, tersebar lewat jalur panjang: Tangerang, Bogor, Bandung, Yogya, Bantul, Lamongan, Malang, sampai Pamekasan," tegasnya.
"Nah, bagaimana menjaga evakuasi tim ini agar tidak terpapar covid dalam perjalanannya. Bagaimana memisahkan meteka yang tetiba terpapar dengan yang tidak. Ini kan belim ada simulasi yang dilakukan. Wajar bila akhirnya banyak yang ketar ketir," tambahnya.
Penyelenggaraan Liga 1 dan 2 2020 Tidak Tepat
Selain itu, Akmal menegaskan bahwa kompetisi Liga 1 dan 2 2020 tidak tepat dalam waktu penyelenggaraannya.
Akmal menilai bahwa saat ini psikologis dan mental orang Indonesia masih khawatir dengan penyebaran Covid-19.
"Dulu, Save Our Soccer (SOS) sudah menyampaikan bahwa kompetisi baiknya dihentikan. Kalaupun covid reda dan sepak bola akan jalan bentuknya bisa turnamen sebagai momentum mengembalikan psikologi masyarakat sekaligus adaptasi kebiasaan baru," jelasnya.
"Kompetisi tanpa degradasi sejatinya bukan kompetisi. Prediksinya, ketika itu Oktober covid sudah mereda, faktanya malah masuk gelombang kedua. Ini semua di luar prediksi manusia," tambahnya.
Berikut susunan Satgas Penanganan Covid-19 di Liga 1 2020:
Penasihat: Ketum PSSI
Penanggung jawab: Dirut PT LIB
Ketua Satgas: Direktur Operasional PT LIB
Wakil Kasatgas: dr Syarif Alwi, penanggung jawab venue, penanggung jawab isolasi atlet/pasien, penanggung jawab stadion, penanggung jawab Rumah Sakit Rujukan di lokasi pertandingan