Menurutnya, tak sedikit pelaku sepak bola yang menggantungkan hidupnya lewat si kulit bundar, baik pemain, staff, hingga pengelola stadion dan panitia pertandingan.
"Penundaan Liga 1 karena tanpa ijin kepolisian yang disampaikan federasi bagi Arema FC tentu ini membuat kami prihatin," ucapnya dikutip dari Tribun Jatim.
"Upaya mengkampanyekan protokol kesehatan sekaligus hidup sehat,termasuk menggerakkan potensi ekonomi lewat sepak bola kembali terhambat."
"Banyak pihak yang bergantung dari bergulirnya sepakbola, tidak hanya bagi pengelola, tapi juga keluarga pemain, pelatih official maupun para karyawan yang bekerja di klub," imbuhnya.
Sudarmaji menilai, seharusnya kompetisi dapat bergulir mengingat PT Liga Indonesia Baru telah mengantongi izin dari Satgas Covid-19.
"Semua menyadari Covid 19 mengancam kehidupan, namun tentunya kompromi dengan kepatuhan dan kedisiplinan tentu menjadi jalan tengah yang semestinya bisa dijalankan."
"Karenanya klub menyambut baik arahan Satgas Nasional Penanganan Covid memberikan ijin gelaran Liga 1 dengan kepatuhan dan disiplin protokol kesehatan," ujarnya.
Baca Juga: Kesiapan PSSI dan PT LIB jika Polri Beri Izin Kompetisi Liga 1 dan Liga 2 Bergulir
Ia menyebut pihaknya saat ini dianggap paling banyak mengalami kerugian.
Pasalnya, tim berjuluk Singo Edan itu baru saja mendatangkan pelatih baru dari Brasil.
Selain itu, satu dari tiga pemain asing juga telah bergabung mengikuti latihan sejak Senin kemarin.
"Arema FC mencoba mengambil hikmah dari penundaan ini, dimana kami baru kedatangan para pemain asing dan pelatih baru. Diharapkan cukup waktu untuk beradaptasi dan menyiapkannya," ujar Sudarmadji.
"Kerugian yang paling besar bagi Arema FC adalah bagaimana publik sepak bola sudah bermimpi sepak bola menjadi hiburan ditengah melawan Covid dengan siap menjaga kepatuhannya, ternyata batal digelar," ujarnya.
Ia berharap penundaan ini menjadi yang terakhir kalinya, sehingga kompetisi Liga 1 bisa berjalan seperti sedia kala.