Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - General Manager Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), Ponaryo Astaman menyoroti sikap beberapa klub Sepakbola di Indonesia yang tidak patuh dengan keputusan dari NDRC.
NDRC merupakan wadah penyelesaian masalah dan sengketa yang berhubungan dengan sepak bola di Indonesia.
Sebelumnya, NDRC telah menjatuhkan hukuman kepada lima klub Liga 2 akibat tidak membayarkan gaji kepada pemainnya.
Kelima klub tersebut adalah PSMS Medan, PSPS Riau, PSKC Cimahi, Perserang Banten, dan Kalteng Putra.
Namun, baru-baru ini PSMS Medan sudah terbebas dari hukuman tersebut karena sudah melunasi kewajibannya kepada pemain yang bersangkutan.
APPI sudah mengingatkan PSSI dan PT LIB agar empat tim tersebut tidak diizinkan mendaftarkan pemain baru jika belum melunasi tunggakan kepada pemain-pemainnya.
Ponaryo menuturkan, ada beberapa klub terhukum masih tidak menjalankan apa yang telah ditetapkan NDRC.
Padahal, NDRC merupakan badan Arbitrasi dari permasalah dan juga pilot project pengembangan dari FIFA.
"Konsekuensi dari kondisi yang ada, regulasi harus tetap kita ikuti. Ada beberap klub sampai saat ini masih berstatus terhukum dari NDRC. Ini yang tidak diketahui dan tidak dipahami oleh klub," kata Ponaryo Astaman dalam sebuah acara diskusi.
Menurut Ponaryo, klub-klub terhukum di Liga 2 harus melunasi hutang-hutang terlebih dahulu sebelum merekrut pemain baru.
Klub-klub terhukum wajib melunasi segala kewajibannya kepada pemain yang bersangkutan setelah adanya hukuman dari NDRC.
"Kasus lama masih ada, ditambah kasus baru. Keputusan sudah diketok oleh pengadilan NDRC, klub harus bayar tunggakan gaji ke pemainnya. Kalau itu tidak dilakukan dan diselesaikan dalam waktu 45 hari, klub itu akan dapat hukuman transfer pemain," tambahnya.
Namun nyatanya, klub-klub terhukum malah mendatangkan pemain sebelum kompetisi Liga 2 dilanjutkan.
Kondisi tersebut tentunya sangat mencederai segala aturan dan juga keputusan yang telah dikeluarkan NDRC.
"Tapi kan lucunya adalah sebagaian besar klub itu lakukan proses itu, ini cederai keputusan pengadilan," ujar Ponaryo.
Pria yang akrab disapa Popon itu mengaku sudah bersurat dengan induk sepak bola di Indonesia yakni PSSI terkait permasalahan tersebut.
Popon mengkhawatirkan akibat tindakan dari klub-klub Liga 2 itu mendapatkan sanksi lanjutan dari FIFA.
Sebab, NDRC terhubung langsung dengan FIFA, induk sepak bola dunia.
"Sekarang ini kita sudah bersurat ke PSSI, belum ada jawaban dari PSSI. Yang jadi khawatir ini sistem kepanjangan tangan langsung dari FIFA," jelasnya.
"Kalau di FIFA memang eksekutor keputusan ada di komite pemain. Kalau di PSSI, komite pemain belum jalan. Keputusan NDRC kalau ada keputusan tapi tidak dieksekusi."
Popon berharap permasalahan ini bisa ditangani secara serius oleh PSSI.
PSSI selaku pemegang kendali sekaligus otoritas tertinggi sepak bola di Indonesia harus melaksanakan kebijakan yang dibuat FIFA.
"Mudah-mudahan bisa diselesaikan cepat sama PSSI," tutup mantan gelandang Timnas Indonesia tersebut.