Hasilnya, Naby Keita ataupun Fabinho tidak bisa membantu serangan, sedangkan trisula Liverpool juga seperti mati kutu, terutama Firmino yang kembali menampilkan permainan yang tidak optimal.
Sedangkan Diogo Jota juga nampak masih memerlukan adaptasi permainan Liverpool, dan praktis hanya Mohamed Salah yang mampu tampil baik di lini depan.
Gol kedua Aston Villa, tidak lepas dari celah yang ditinggalkan Alexander-Arnold yang tampil buruk dalam laga ini, ditambah lagi, ketika menyerang Aston Villa memberikan tugas bagi Ross Barkley untuk menusuk ke tengah, sedangkan Jack Grealish dibiarkan bermain melebar.
Ollie Watkins, memanfaatkan celah tersebut, sedangkan Joe Gomez menjadi pesakitan yang gagal mengantisipasi umpan Jack Grealish karena terpancing pergerakan Ross Barkley yang melakukan gerakan menusuk ke tengah.
Liverpool sempat bangkit dan mengemas satu gol untuk mengurangi defisit melalui Salah, tetapi, skema terburuk datang, lagi-lagi dari skema serangan balik cepat dari sayap.
Aston Villa menjauh melalui gol dari John McGinn, kali ini memanfaatkan defleksi dari kaki Joe Gomez yang kembali menjadi pesakitan.
Tidak berselang lama, jelang berakhirnya babak kedua, mimpi buruk Liverpool menjadi nyata.
Bermula dari serangan balik, Ross Barkley memaksa van Dijk melakukan pelanggaran yang berbuah tendangan bebas, dan buruknya koordinasi di lini belakang Liverpool benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh Olly Watkins.
Di babak kedua, Liverpool mencoba melalukan perjudian dengan memasukkan Minamino, menggantikan Naby Keita, Minamino mengubah skema Liverpool menjadi 4-1-2-2-1, dengan Firmino kembali menjadi target utama.
Tetapi, perjudian tersebut gagal, Ross Barkley mengoyak gawan Adrian, disusul Jack Grealish.
Apa yang terjadi sejatinya tidak mengejutkan, dalam laga menghadapi Chelsea, Frank Lampard menjadi orang pertama yang memahami celah permainan Klopp.
Kala itu, ia menempatkan Kai Havetz dan juga Timo Werner, dan keduanya bermain melebar, sekaligus memberikan lisensi untuk Jorginho membantu serangan dari lini tengah.
Kala itu, setidaknya Timo Werner punya dua peluang emas yang harusnya berbuah gol, kala berhadapan satu lawan satu dengan Alisson, sayangnya, eksekusi akhir membuat Chelsea urung unggul kala itu.
Absennya Mane dan Alisson benar-benar terasa di pertandingan ini, terutama Sadio Mane yang menjadi kunci dari trisula Liverpool selama beberapa musim.