Penggemar lainnya mencari tempat untuk mengungkapkan dukacitanya di pusat kota Buenos Aires.
Tentu saja, Bombonera, stadion yang menjadi rumah bagi Boca Juniors, tempat kejeniusan Maradona ditempa.
"Aku tidak percaya itu. Itu luar biasa. Orang mengira dia bisa melewati badai apa pun, tetapi tidak, semua orang akhirnya mati. Rasanya seperti mimpi buruk," kata Francisco.
"Hari ini hari yang buruk. Hari yang sangat menyedihkan bagi semua orang Argentina," kata Presiden Alberto Fernandez menyimpulkan dalam sebuah wawancara dengan saluran olahraga TyC setelah mengumumkan tiga hari berkabung nasional.
Para penggemar berdiri dengan sedih di samping spanduk bergambar Maradona.
Banyak dari spanduk hanya bertuliskan D10S, plesetan dari kata Spanyol "dios" yang artinya "Tuhan".
D10S itu menyertakan 10, nomor punggung Maradona.
Baca juga: Rivalitas Abadi Boca Juniors dan River Plate Luruh dalam Tangis Kehilangan Diego Armando Maradona
Jika sepak bola adalah agama di Argentina, maka Maradona adalah tuhannya.
Terutama bagi para pendiri Gereja Maradonian, kelompok yang sebagian besar berbasis internet yang menggunakan bahasa religius untuk menghormati sang pemain.
Sekitar 1.000 orang menjawab seruan "gereja" agar para penggemar berkumpul untuk menghormatinya di Obelisk pada pukul 18.00 waktu setempat.
Maradona meninggal dunia di Buenos Aires pada Rabu (25/11/2020) waktu setempat setelah dinyatakan henti jantung.
Maradona jadi icon sepakbola di Argentina dan dunia atas prestasi gemilangnya.
Salah satu yang tak terlupakan yakni Maradona membawa Argentina menjadi juara Piala Dunia 1986.
Dalam ajang tersebut, Maradona juga jadi sorotan berkat gol “tangan tuhan” yang terjadi di laga kontra Inggris pada babak perempat final dan membawa Argentina menang 2-1 atas Inggris.