TRIBUNNEWS.COM - Ada fakta baru terungkap dari kontroversi yang muncul seputar kematian leganda sepakbola Timnas Argentina Diego Maradona.
Sang bintang disebut mengalami penderitaan luar biasa selama enam hingga delapan jam sebelum meninggal dunia.
Misteri kematian legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, perlahan mulai terkuak.
Baca juga: Kontroversi Kematian Diego Maradona, Hasil Autopsi Tunjukkan Kerusakan di Bagian Tubuh Ini
Pada Rabu (23/12/2020) waktu setempat, hasil autopsi dari jasad Maradona telah dipublikasikan secara luas.
Dalam hasil autopsi tersebut, tidak ditemukan kandungan alkohol dan narkotika dalam tubuh mendiang Maradona.
Namun, El Diego disinyalir mengalami komplikasi kesehatan pada berbagai organ, yakni ginjal, hati, jantung, dan paru-paru.
Baca juga: Skandal Kematian Diego Maradona: Pengakuan Sangat Menderita dan Putus Asa, Ini Kata-Kata Terakhirnya
Proses autopsi yang dilakukan terhadap jasad Maradona ini merupakan salah satu langkah dalam proses investigasi dari kematian legenda Napoli tersebut.
Sebelumnya, Maradona diduga menjadi korban malapraktik atau kelalaian medis oleh para petugas yang merawatnya.
Dokter pribadi Maradona, Leopoldo Luque, bahkan sempat ditahan oleh pihak Kepolisian Argentina untuk dimintai keterangan.
Selain itu, nama perawat Maradona, Dahiana Gisela, juga ikut terseret dalam kasus ini.
Namun, ada satu poin penting yang cukup mengagetkan dalam laporan autopsi Maradona menurut laporan Marca.
Baca Juga: Skandal Kematian Diego Maradona Tak Kunjung Usai, dari Rebutan Warisan hingga Antri Tes DNA
Kondisi tersebut justru semakin memperkuat bukti bisa jadi ada kelalaian yang terjadi dalam proses perawatan Maradona.
Laporan autopsi ini nantinya akan menjadi landasan untuk melanjutkan proses investigasi kematian Maradona.
Maradona meninggal dunia pada usia 60 tahun pada 25 November 2020 di kediamannya yang berada di Buenos Aires, Argentina.
Pemeriksaan sebelumnya menunjukkan hasil Maradona menderita penumpukan cairan di paru-paru dan jantung membesar.