Setelah menjalani pengobatan dan rehabilitasi, pemuda asal Prancis itu sempat mengenyam akademi PSG.
Di sana dia kembali bermain, belajar menjadi pemain bola, dan sempat merasakan bek kiri.
Akan tetapi, dia bergabung dengan Mantois di divisi empat Liga Prancis sebelum pindah ke Le Havre, klub yang menghasilkan bakat muda, seperti Ryad Mahrez hingga N'Golo Kante.
Jika ditelisik dari statistik Transfermarkt, Mendy cukup lama bermain untuk Le Havre.
Dia memulai dari U-19, lalu beranjak ke tim B, sebelum akhirnya bermain di tim utama.
Dari sanalah, setelah melalui perjalanan panjang Ferland Mendy yang bermain sebagai sayap kiri dinobatkan sebagai bek sayap terbaik di Ligue 2.
Pada tahun 2017, Barcelona dan Atletico Madrid sudah mencium talenta Mendy dan berniat untuk mendatangkannya.
Namun, Mendy lebih memilih bermain untuk Lyon dengan tebusan 5 juta euro kala itu.
Di bawah asuhan Bruno Genesio, Ferland Mendy mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga akhirnya dipanggil Prancis untuk membela timnas.
"Dia selalu memiliki naluri sepakbola di dalam dirinya," ungkap Marc Gomis, sepupu Mendy dikutip dari Marca.
"Meski dia kecil, dia selalu tangguh.
"Ketika dia berusia 14 tahun dia mengatakan kepada saya bahwa dia ingin menjadi pesepakbola dan memiliki begitu banyak tekad dan rasa lapar sehingga Anda bisa melihatnya saat ini," pungkasnya.
Sementara itu, teman masa kecil Mendy, Mangane Yaya selalu ingat, "Kecepatan, kecapatan,".
Teriakan yang selalu didengar yaya ketika bermain dengan teman-temannya.