PSG keok di kaki Manchester City lewat agregat akhir 3-2.
Ambisi besar untuk meraih trofi si Kuping besar dimiliki oleh Pep Guardiola.
Wajar saja, bersama klub asal kota Manchester itu, Pep Guardiola sekalipun belum pernah merasakan manisnya titel gelar Liga Champions.
Sejak era Pep Guardiola, Manchester City terkenal mudah lolos dari fase grup tapi kerap terhenti di fase gugur.
Pada 2016/2017, The Citizens didepak AS Monaco di babak 16 besar setelah kalah agregat 6-6 (menang 5-3 di leg pertama, dan kalah 1-3 di leg kedua).
Di musim-musim berikutnya mereka selalu mentok di perempat final.
Pertama disingkirkan Liverpool pada 2017/2018 karena ditekuk dua kali, 0-3 dan 1-2.
Lalu ditendang Tottenham pada 2018/2019 usai kalah agregat secara dramatis 4-4 (kalah 0-1 di leg pertama dan menang 4-3 di leg kedua).
Terakhir dikandaskan Lyon pada 2019/2020. Mereka kalah 1-3 dalam laga satu leg tersebut.
Karena itu, mumpung tengah dalam performa impresif di musim ini, Sergio Aguero dkk harus mempertahankannya hingga akhir kompetisi. Terutama Liga Champions.
Juru taktik asal Spanyol itu menegeaskan ahgar timnya tampil maksimal kala meladeni PSG.
Ia tak ragu saat ini untuk menyebut bahwa target yang mereka usung ialah mem,enangi trofi Liga Champions.
"Saya tahu bedanya ketika pertandingan di babak semifinal dan partai final Liga Champions," terang Guardiola, dikutip dari laman Manchester Evening News.
"Begitu Anada sampai ke tahap ini (semifinal), pemain jelas akan merasakan gugup,grogi dan banyak beban untuk pertandingan."