News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Champions

SKENARIO Chelsea Kalahkan Manchester City di Final Liga Champions, Syaratnya Nodai Nama Besar Tuchel

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Dwi Setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelatih kepala Chelsea di Jerman Thomas Tuchel melakukan selebrasi setelah gelandang Inggris Chelsea Mason Mount (tak terlihat) mencetak gol kedua timnya dalam pertandingan sepak bola semifinal leg kedua Liga Champions UEFA antara Chelsea dan Real Madrid di Stamford Bridge di London pada 5 Mei 2021. Glyn KIRK / AFP

TRIBUNNEWS.COM - Ada berbagai analisis yang menuliskan bagaimana langkah yang seharusnya diterapkan oleh Chelsea untuk mengalahkan Manchester City pada partai final Liga Champions.

Final Liga Champions antara Manchester City vs Chelsea bakal tersaji di Stadion Dragao, Portugal, Minggu (30/5/2021) pukul 02.00 WIB, live SCTV.

Di atas kertas Manchester City lebih diunggulkan untuk merengkuh trofi Liga Champions ketimbang Chelsea.

Kondisi tim hingga motivasi yang tengah membumbung tinggi jadi faktor mengapa The Citizens dalam situasi di atas angin.

Baca juga: Jadwal Final Liga Champions Manchester City vs Chelsea di SCTV, Pep Sudah Tahu Rahasia Taktik Tuchel

Baca juga: HASIL Final Liga Champions, Owen Prediksikan Manchester City Menang 2-0 atas Chelsea

Sedangkan bagi Chelsea, meskipun tren permainan mereka tengah meningkat, namun dalam beberapa laga terakhir The Blues mengalami paceklik kemenangan.

Termasuk kalah dari Leicester City di final Piala FA dan keok dari Aston Villa pada pekan pamungkas Liga Inggris.

Meskipun demikian, terdapat sebuah analisis yang menuliskan bahwa Chelsea bisa saja membalikkan prediksi kemenangan untuk Sergio Aguero dkk.

Dilansir dari laman Dailymail, satu di antara syarat utama yang harus dilakukan oleh The Blues berkaitan dengan menodai nama besar seorang Thomas Tuchel.

Tepat sekali, permainan bertahan total bisa menjadi senjata ampuh bagi Chelsea mengalahkan Manchester City.

Skema ini jelas bak mencoreng arang di wajah Thomas Tuchel jika digunakan.

Bagaimana tidak, Thomas Tuchel merupakan pelatih dengan visi permainan ofensif dan terbuka.

Pelatih kepala Chelsea asal Jerman Thomas Tuchel (kiri) memberikan tepuk tangan kepada para penggemar setelah pertandingan sepak bola Liga Utama Inggris antara Chelsea melawan Leicester City di Stamford Bridge di London pada 18 Mei 2021. Chelsea memenangkan pertandingan 2-1. (PETER CZIBORRA / POOL / AFP)

Tidak ada kamus bertahan dalam permainan juru taktik asal Jerman ini.

Dapat dikatakan, pertahanan terbaik bagi Tuchel ada penyerangan itu sendiri.

Dengan pertahanan yang kokoh, Chelsea memiliki kesempatan lebih besr untuk memenangkan pertandingan.

Skema tersebut dapat berbuah manis dengan skongan kecepatan yang dimiliki oleh pemain Chelsea.

Counter-attack menjadi senjata simpanan yang dapat digunakan untuk mengejutkan The Citizens.

Perpaduan pertahanan yang solid dengan serangan balik yang mematikan menjadi bom yang bisa menghancurkan mimpi Manchester City meraih treble winners.

Kecepatan pemain yang dimiliki oleh Timo Werner, Hakim Ziyech, Christian Pulisic hingga Mason Mount bisa menjadi malapetaka bagi The Citziens.

Manajer Manchester City Spanyol Pep Guardiola (tengah) merayakan dengan para pemainnya selama upacara penghargaan trofi Liga Premier setelah pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester City dan Everton di Stadion Etihad di Manchester, barat laut Inggris, pada 23 Mei 2021. (PETER POWELL / POOL / AFP)

Pola permainan Manchester City sejak awal harusnya sudah bisa ditebak, yakni ball possession.

Seperti Tuchel yang mengusung gaya bermain ofensif, Manchester City di bawah asuhan Pep Guardiola juga menerapkan hal serupa.

Kontrol akan pertandingan yang dikombinasikan dengan kecepatan sisi sayap menjadi ciri khas permainan The Citizens saat ini.

Mau tak mau bagi Chelsea untuk dapat membalikkan prediksi kemenangan ialah mengorbankan lapangan tengah mereka.

Pertahanan yang solid menjadi fokus yang lebih diutamakan untuk menahan gempuran serangan Sergio Aguero dan kolega.

Meskipun demikian, skenario ini nampaknya kecil kemungkinan untuk digunakan oleh seorang Thomas Tuchel.

Selain merusak nama besarnya, juga menodai filosofi yang ia usung sebagai juru taktik penganut gaya bermain menyerang.

(Tribunnews.com/Giri)

Ikuti berita Liga Champions

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini