Gli Azzurri menjadi juara Grup B setelah menang 10 kali dari 10 pertandingan dengan mencetak 37 gol dan kebobolan empat kali.
Catatan Italia itu cuma kalah sedikit dari Belgia.
Tim besutan Roberto Martinez juara Grup I setelah menyapu bersih laga dengan 40 gol dan kebobolan tiga kali.
Ada harapan Italia bisa bicara banyak pada Piala Eropa di bawah besutan Mancini, setelah sebelumnya sempat gagal ke Piala Dunia 2018 di tangan Giampiero Ventura.
"Kami selalu diakui sebagai tim yang bertahan dan melakukan serangan balik, tetapi banyak hal berubah, dan kami telah mencoba," kata Mancini kepada Sky Sport Italia.
"Kami telah menempatkan mentalitas yang berbeda dan jika hasilnya tiba, semuanya lebih mudah. Semuanya berjalan baik dan kami yakin kami bisa memainkan sepakbola yang bagus dan memiliki peluang untuk menang pada akhirnya," tegasnya.
Terlebih lagi, yang menjadi perhatian ialah formasi yang akan digunakan oleh Roberto Mancini.
Jika dilihat dalam beberapa laga terakhir, Gli Azzurri kerap memainkan formasi 4-3-3 yang identik dengan permainan menyerang.
Skema tersebut tak menjadi hal yang paten bagi Timnas Italia. Jika benar Mancini ingin menghilangkan stigma Catenacio, maka ada dua opsi.
Formasi 3-4-3 maupun 3-5-2 bisa digunakan oleh Gli Azzurri. Titik fokus pada dua skema ini adalah situasi over-load dalam menyerang.
Sisi positifnya, Timnas Italia dapat bermain menggunakan empat atasu lima pemain ketika dalam situasi bertahan.
Skema tiga bek sebenarnya bisa digunakan oleh Roberto Mancini, mengingat ada dua pemain kawakan yang dapat dipercaya untuk membentuk tembok kokoh.
Ketiganya ialah Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini. Keduanya bakal ditemani oleh Alessandro Bastoni.
Bastoni jelas tak asing dengan skema tiga bek sejajar, mengingat Antonio Conte semasa menangani Inter Milan kerap mengusung formasi ini.