TRIBUNNEWS.COM - Portugal memang berhasil melaju ke babak 16 Besar Euro 2020.
Tergabung bersama Jerman, Prancis dan Hungaria, Portugal lolos usai menahan imbang Prancis dengan skor 2-2.
Nama Cristiano Ronaldo, tentu mendapatkan pujian setinggi langit, apalagi ia kini berstatus top skor turnamen dengan 6 gol.
Namun, nama yang sejatinya menonjol adalah Renato Sanches yang muncul memberi dimensi berbeda terhadap permainan Portugal.
Baca juga: 16 Besar EURO 2020 Italia Vs Austria, Antisipasi Adu Penalti, Gli Azzurri Sudah Tunjuk 5 Eksekutor
Baca juga: 16 Besar Euro 2020: Fullback Italia Sebut David Alaba Sebagai Kekuatan Utama Austria
5 tahun lalu, Renato Sanches adalah buah bibir di Euro 2016, permainannya enerjik, dan akselerasinya tidak menggambarkan sosok berusia 18 tahun.
Segalanya sangat fenomenal saat itu bagi seorang anak berusia 18 tahun yang baru saja mengakhiri musim penuh pertamanya sebagai profesional dan mengantarkan Benfica menjadi juara Liga.
Ia kemudian menjadi juara Euro 2016 dan dinobatkan sebagai pemain muda terbaik dalam turnamen tersebut.
Tetapi setelahnya semuanya begitu prematur dan berujung fatal.
Bayern Munchen kemudian memboyongnya dari Benfica dengan mahar 35 Juta Euro, dan menjadi 80 Juta Euro jika penampilannya meningkat.
Tetapi, kesulitan mulai membayanginya, berjuang dengan bahasa baru, lingkungan baru dan akhirnya berjuang untuk menjaga disiplin dirinya di luar lapangan.
Setelah satu musim yang membuat frustrasi dan dilanda cedera, penandatanganan keempat termahal dalam sejarah Bayern pada saat itu mendapati dirinya berada di tempat yang tidak biasa di Swansea.
Baca juga: Fakta Menarik 16 Besar Euro 2020: Taman Bermain Cristiano Ronaldo Ukir Rekor Fantastis di Portugal
Di mana Paul Clement, mantan asisten Carlo Ancelotti di Munich, menggunakan koneksinya untuk mengamankan satu musim pinjaman.
Langkah tersebut ternyata keliru, Paul Clement berkata: "Dia jauh lebih buruk daripada yang saya kira. Itu sangat menyedihkan. Dia adalah anak laki-laki yang hampir menanggung beban dunia di pundaknya." ujar Clement.
Semuanya sempat membaik setelah Bayern di bawah pelatih baru mereka, Niko Kovac, tetapi ternyata sang pelatih juga tidak memberikan kepercayaan padanya.
Akhirnya, Lille memboyongnya dengan harga 25 Juta Euro, dia telah membuat langkah yang tepat.
Sanches telah menemukan kembali bentuk dan kepercayaan di Prancis.
Energi dan kreativitasnya adalah faktor utama dalam Lille mengakhiri rekor tiga gelar liga berturut-turut Paris Saint-Germain.
Ia juga meriplikasi penampilannya di Portugal, ketika Bruno Fernandes kehilangan keativitasnya, Renato Sanches muncul sebagai salah satu solusi tepat.
Di laga menghadapi Jerman, Bruno yang kikuk di sepanjang laga, ditarik ke luar, Renato yang menjadi motor serangan mengubah cara bermain portugal.
Sanches mengandalkan kemampuan fisiknya dan kecepatannya untuk membongkar pertahanan Jerman.
Bahkan, Jerman nyaris kelimpungan untuk menekan pertahanan Portugal apabila Sanches membawa bola.
Bahkan di laga menghadapi Hungaria, Renato Sanches tetap menjadi ancaman, meskipun hanya bermain selama 9 menit.
"Saya membawa Rafa yang cepat dan permainan terbuka," kata pelatih kepala Portugal itu.
"Saya ingin memberi Raphaël (Guerreiro) lebih banyak ruang di kiri jadi saya menggeser Diogo (Jota) dan memindahkan Ronaldo sedikit lebih ke kiri.
Saya memasukkan André Silva dan Renato untuk menggerakkan bola dari lini tengah. Kami ingin memainkan permainan yang lebih vertikal dan membebaskan Rafa. Saya pikir itu cukup baik. Kami menang 3-0."
Pengalaman dapat mengajarkan Sanches untuk melangkah dengan hati-hati.
Untuk saat ini ada reputasi membangun kembali di panggung Kejuaraan Euro 2020, dan membuktikan bahwa talentanya adalah salah satu yang terbaik.
(Tribunnews.com/Gigih)