Ia mencatatkan rata-rata dribbel yang berujung shoots on target bagi Italia sebanyak 2,62 per 90 menit, ia juga berkontribusi vital di lini tengah dan juga tidak segan bermain melebar.
Namun, menghadapi Spanyol, Jorginho mengubah cara bermainnya dengan sedikit lebih bertahan.
Dengan Spanyol yang bermain lebih menguasai bola, Jorginho bermain sedikit lebih bertahan, dengan menjaga kedalaman dan membantu memperlambat transisi Spanyol.
Di laga tersebut, Jorginho melakukan 8 intersep, catatan ini adalah yang terbanyak bagi semua pemain Italia dalam 4 turnamen besar (Piala Dunia 2010, 2014 dan Euro 2012 dan 2016).
Hasilnya, sukses, Sergio Busquets kesulitan melepaskan umpan matang, Pedri tidak bisa melakukan akselerasi cepat dan bahkan Mikel Oyarzabal yang eksplosif gagal mengembangkan permainannya.
Baca juga: Final Euro 2021 Italia vs Inggris: Momentum The Three Lions Jawab Tudingan Konspirasi UEFA
Namun, tidak ada yang melupakan wajah komikal Jorginho ketika mengeksekusi penalti di babak adu tos-tosan.
Eksekusinya memang tenang, namun beberapa saat sebelumnya, tertangkap kamera betapa tegang wajah sang pemain.
“Pada saat itu, saya mencoba untuk melupakan apa yang terjadi di sekitar saya, untuk melakukan apa yang telah saya latih,” katanya Jorginho.
“Saya menarik napas seperti yang saya lakukan untuk lebih fokus dan kemudian saya melakukan apa yang harus saya lakukan.”
Dan jika akhirnya Jorginho menjadi juara Euro 2021, Ballon d'Or adalah sesuatu yang sangat layak didapatkannya, apalagi dengan gelar Liga Champions yang diraihnya bersama Chelsea.
Baik di Chelsea dan Italia, Jorginho memiliki peran vital dan sangat layak menjadi pemain terbaik dunia sesuai dengan perkiraan Sarri.
(Tribunnews.com/Gigih)