Kemiripan Tite dan Scaloni, adalah Argentina juga membangun tim di sekitar sang mega bintang, Lionel Messi.
Messi diberikan kebebasan untuk bermain di halfspace yang menajdi favoritnya, sekaligus memberikan ruang bagi Messi berkreasi di sepertiga akhir permainan.
Bermainnya Messi di halfspace membuat duo gelandang Argentina, Guido Rodriguez dan Leandro Paredes harus bekerja keras menjaga pertahanan, itulah alasan keduanya jarang terlibat ketika menyerang.
Skema 4-2-3-1 yang digunakan Scaloni, membuat Argentina lebih banyak mendapatkan situasi satu lawan satu, dan ini sangat mengutungkan bagi Argentina.
Adanya Lionel Messi beserta kemampuannya dalam mengolah bola menjadikannya sulit dikalahkan, lagipula siapa yang bisa menang dan mengawal Messi dalam situasi satu lawan satu?
Tetapi, hal tersebut mendapatkan kritik dari Oriundi Italia, Mauro Carmonaresi.
"Saya merasa tim terlalu banyak berimprovisasi di lapangan,” kata mantan pemain internasional Italia kelahiran Argentina ini.
Ia memuji Scaloni atas taktiknya di lapangan, tetapi tetap prihatin dengan kurangnya identitas sejati Argentina.
“Saya melihat banyak pemain berjalan di lapangan melawan Bolivia,” katanya.
“Mereka akan sangat menderita jika harus menghadapi Brasil.” ujar mantan pemain Juventus ini.
Baca juga: Leo Messi Hadapi Tantangan Besar, 28 Tahun Argentina Tak Pernah Menang atas Brasil di Copa America
Tetapi sekali lagi, Messi adalah pemain yang sangat cerdas dan sekali lagi membuktikan bahwa pemain hebat bisa mengalahkan taktik.
Dia telah membawa Argentina ke final (lagi), memimpin semua statistik permainan dalam mencetak gol (empat gol) dan asis (lima asis).
Lionel Messi sangat dibantu dengan sosok seperti Lautaro Martínez dari Inter Milan, yang kini telah mencetak gol dalam tiga pertandingan berturut-turut.
Jika Brasil adalah kekuatan kolektif, Argentina adalah tim yang tampil di level kualitas individu mereka.