TRIBUNNEWS.COM - Jadon Sancho selalu memberitahu arah ke mana dirinya akan bergerak.
Jika bahu kanannya bergerak, ia akan melakukan cutting inside, dan apabila sebaliknya, ia akan melakukan drive dan mengajak lawan beradu lari.
Semua pemain belakang Bundesliga tahu mengenai hal ini, namun apakah itu menghentikan eksplosifitas Jadon Sancho? Jawabannya, tidak.
Di Jerman, ada istilah bernama Arjen Robben Paradoks, di mana pemain belakang tahu arah pemain bergerak namun tidak bisa berbuat apapun.
Baca juga: Rampung Bela Inggris, Agenda Jadon Sancho Bersama Manchester United Dimulai
Baca juga: Inggris Gagal Juara Euro 2021: Apesnya Bukayo Saka dari Duo Manchester United, Rashford dan Sancho
Itu yang terjadi dengan Arjen Robben di Bayern Munchen, semua pemain belakang tahu bahwa ia akan melakukan cutting inside dan melepaskan tembakan.
Tetapi, tetap saja cara itu berhasil bagi Robben untuk mencetak gol dari sayap kanan ataupun kiri.
Sancho, sama dengan Robben, di Final DFB Pokal menghadapi RB Leipzig, semua orang akan tahun ketika ia bergerak dari kiri, bahunya terangkat mengindikasikan ia akan melakukan akselerasi ke dalam.
Semua orang termasuk Nordi Mukiele yang mengawalnya, namun tetap tidak bisa menghentikan pergerakan pemain Inggris ini dan menaklukkan Peter Gulasci.
Dan Sancho adalah yang dibutuhkan Manchester United, keberanian menusuk dan mencetak gol, adalah kewajiban winger United era Solskjaer.
Belum lagi kemampuan mengumpan Jadon Sancho yang sangat memanjakan penyerang, Erling Haaland sudah menikmati betapa matangnya umpan Sancho di depan gawang.
Ditambah kemampuan Sancho bermain di berbagai posisi, ada banyak perdebatan apakah Sancho lebih baik bermain di kiri atau kanan, dan apakah dia membutuhkan tipe fullback tertentu di belakangnya untuk menjadi yang paling efektif.
Pada musim 2019-20, musim terbaik Sancho di BVB (20 gol dan 20 assist di semua kompetisi), ia hanya menghabiskan 29 persen di sayap kanan.
Dia kebanyakan bermain di peran yang lebih sentral (50 persen, ditambah delapan persen sebagai striker) dan kadang-kadang di kiri (13 persen).
Pada 2020-21, musim yang mengecewakan oleh Lucien Favre (dan penggantinya Edin Terzic) beralih ke sistem empat bek dengan tambahan gelandang serang tengah, Sancho lebih merupakan pemain sayap ortodoks.
Selama di Dortmun, jika Sancho bermain di sebelah kiri, ia didukung fullback ofensif Raphael Guerreiro.
Di sebelah kanan, itu adalah Thomas Meunier yang lebih bertahan.
Namun gaya menyerang Sancho cukup konsisten di kedua sisi, meskipun bermain di depan fullback yang lebih bermain defensif.
Bagan pizza pertama menunjukkan bagaimana dia menilai dalam kategori yang berbeda ketika bermain di sayap kanan untuk Dortmund musim lalu.
Itu di sebelah kiri di mana dia paling berbahaya untuk Dortmund musim lalu, dengan menciptakan peluang bagi orang lain dan juga finishing.
Gol yang diharapkan (xG) dari kreasi tembakan 88 dari 99 di sisi kiri permainan ditunjang oleh fullback offensif Raphael Guerreiro.
Surat kabar lokal Ruhr Nachrichten menggarisbawahi, bagaimana Sancho menjadi pemain berbahaya bagi pemain bertahan lawan meskipun semua pemain sudah membaca pergerakannya.
Baca juga: VIDEO Jack Grealish Hadiahkan Sepatu untuk Anak Kecil Setelah Inggris Kalah di Final Euro 2020
Ini adalah kemampuannya untuk mendapatkan bola di tempat yang penting.
Di antara pemain tengah dan penyerang U-23 dengan menit lebih 900 menit, rasio Sancho 0,48 assist per 90 tidak tertandingi di Bundesliga dan hanya diungguli oleh Rodrygo dari Real Madrid di lima liga top Eropa musim lalu.
Sancho telah menunjukkan kedewasaan yang luar biasa, pengambilan keputusan dan visi untuk memberi umpan sangat pas dalam peran yang integral dengan serangan Dortmund.
Dalam hal berlari dengan bola, Sancho benar-benar berada di kelasnya sendiri.
Data statsbomb menunjukkan bahwa tidak ada gelandang atau penyerang U-23 lainnya di lima liga top Eropa yang lebih sering membawa bola daripada Sancho 60,7 per 90 menit.
Menariknya, dia tidak cenderung menembak terlalu sering pada basis per-sentuhan, dan tidak sering menerima bola di dalam kotak penalti untuk pemain di posisinya.
Ini dikarenakan gaya bermainnya yang memiliki begitu banyak sentuhan pada bola — 77 per 90 menurut Statsbomb, menempatkannya di dua persen penyerang teratas pada tahun lalu.
Sancho jelas nyaman dengan bola di kakinya, dan dia juga tidak takut untuk mencoba mengalahkan lawannya.
7,1 percobaan dribelnya per 90 menit adalah yang tertinggi dari pemain mana pun di Bundesliga, keterampilan yang membuatnya menjadi ancaman baik saat serangan balik maupun ketika mencoba membuka pertahanan yang rapat.
Statistik tersebut mendukung bagaimana Jadon Sancho akan menjadi bagian penting dari lini serang Manchester United pada musim depan.
Ed Woodward mestinya tidak keberatan dengan nominal 85 juta Euro, melihat bagaimana statistik dan cara bermainnya bersama Dortmund dalam 3 musim terakhir.
(Tribunnews.com/Gigih)