TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Gelaran Euro 2020 ternyata masih menyisakan kesedihan diantara pemain Timnas Inggris.
Bukan karena kalah dalam drama adu penalti di final Euro 2020, namun karena adanya insiden sebelum laga final dimulai.
Salah seorang pemain Timnas Inggris, Harry Maguire bersedih lantaran ayahnya menjadi korban kerusuhan pendukung Timnas Inggris yang hendak masuk ke stadion Wembley tanpa karcis.
Nasib kurang beruntung menghinggapi ayah Harry Maguire yang berada di tengah-tengah suporter yang ingin merengsek masuk tanpa karcis itu.
Akibat terjadi kebrutalan itulah, ayah Harry Maguire terjebak di tengah kerumunan orang yang panik dan terinjak. Tulang rusuk sang ayah patah dan akibatnya susah bernafas.
"Ayah saya terjebak di tengah kekacauan suporter Inggris yang hendak masuk tanpa karcis, akibatnya tulang rusuk patah dan susah bernafas," ungkap pemain bertahan Timnas Inggris itu.
Sang ayah, Alan Maguire (56) yang sedang bersama rekannya, Kenneth Sheperd terinjak-injak.
"Ini bukan pengalaman yang menyenangkan, hal ini sangat menakutkan, saya tidak tahu berapa banyak orang yang mengalami hal seperti ayah saya itu. Semoga kejadian ini terakhir di arena sepakbola," tutur Alan Maguire.
Namun demikian, Alan Maguire diakui Harry tidak ingin dirawat di rumah sakit meski cedera serius.
"Ayah saya merupakan orang kuat meski sukar bernafas saat itu, kemungkinan tulang rusuknya patah," jelas pemain berusia 28 tahun itu.
Kasus kerusuhan tersebut jelas membuat Federasi Sepakbola Eropa (UEFA) menimbangkan untuk memberi sanksi susulan kepada Federasi Sepakbola Inggris jelang laga Final itu.
Dalam laga final tersebut, suporter Inggris mengejek lagi kebangsaan Italia dan menyalahkan kembang api saat pertengahan laga final.