TRIBUNNEWS.COM - Kesepakatan pertukaran pemain menjadi hal lumrah dalam bursa transfer pemain antarklub.
Lewat bertukar pemain, para pihak yang terlibat bisa mendapat keuntungan masing-masing.
Dari sisi pemain misalnya.
Seorang pemain yang mungkin peformanya mentok di bawah sistem atau pelatih tertentu karena berbagai alasan, bisa jadi bisa berkembang di klub lain lewat proses pertukaran.
Dalam kasus seperti itu, timnya dapat mentransfer pemain ke klub lain dan mengambil pemain lain dari klub tujuan yang lebih cocok.
Baca juga: Update Bursa Transfer, Griezmann Menuju Inggris, Man City Gila-gilaan Tawar Erling Haaland Rp 2,2 T
Kesepakatan pertukaran pemain juga masuk akal dari perspektif keuangan, terutama jika nilai pasar dari kedua pemain bursa cenderung serupa.
Lewat pertukaran pemain, klub tak mesti banyak keluar uang, cocok bagi klub medioker yang modalnya pas-pasan.
Baca juga: Copa America 2021: Daftar Lengkap Pemenang Penghargaan, Peraih Sepatu Emas, Hadiah Uang, Statistik
Dengan pandemi COVID-19 yang mendatangkan malapetaka pada keuangan klub, kesepakatan pertukaran telah menjadi mode bisnis yang disukai banyak klub.
Satu di antara contohnya adalah kabar kesepakatan antara Barcelona dan Atletico Madrid.
Barcelona dan Atletico Madrid dilaporkan mau bertukar pemain dengan melibatkan Antoine Griezmann dan Saul Niguez.
Dua rival berat mau 'kerjasama' bertukar pemain? Terdengar aneh tapi bisa jadi kenyataan jika itu saling menguntungkan.
Baca juga: Bawa Ansan Greeners Kembali Menang, Asnawi Mangkualam Disebut Bak Hujan di Musim Kemarau
Antoine Griezmann sudah dua musim bermain di Camp Nou, tapi playmaker Timnas Prancis itu dinilai belum bisa meledak, masih biasa-biasa saja jika dilihat dari gaji yang dia terima.
Barcelona di satu sisi butuh agar beban gaji pemain di keuangan klub berkurang demi membuat kesepakatan kontrak baru bersama megabintang sepakbola, Lionel Messi yang sudah dua minggu ini berstatus free agent.
Kembalinya Griezmann ke Atletico akan mengurangi beban gaji Barcelona.
Adapun bagi Atletico, kembalinya sang pemain jadi keuntungan besar. Klub bisa menang banyak karena dapat pemain lama mereka yang punya kontribusi besar bagi tim.
Hal ini menguntungkan ketimbang mempertahankan Saul Niguez yang cenderung mentok selama dua musim terakhir.
Jika kesepakatan Barcelona dan Atletico Madrid itu jadi kenyataan, pertukaran pemain yang terbilang aneh itu bukan yang pertama terjadi dalam sejarah bursa transfer pemain.
Banyak kesepakatan pertukaran terhitung tidak masuk akal dan malah jadi zonk bagi klub yang terlibat.
Dilansir Sportskeeda, berikut lima pertukaran pemain paling aneh yang pernah terjadi dalam sejarah bursa transfer:
Pertukaran Clarence Seedorf - Francesco Coco (2002)
Dalam kasus ini Inter Milan benar-benar dikerjai AC Milan, benar-benar tak masuk akal buat Nerazzurri .
Pada bursa transfer musim 2002, AC Milan sukses mendapatkan Clarence Seedorf di usia emasnya.
Seedorf, saat itu berusia 26 tahun, merupakan sosok yang berjasa mempersembahkan trofi Liga Champions Eropa.
Inter menukar sang pemain ke klub rival bebuyutan, AC Milan.
Sedangkan Rossoneri dengan senang hati mengirim pemain jeblok nan rentan cedera, Francesco Coco.
Hasilnya, Clarence Seedorf menjelma menjadi satu di antara pemain legendaris di AC Milan dengan persembahan dua gelar Liga Champions Eropa.
Sementara Coco, benar-benar mentok karena cedera. Bek kiri itu tercatat hanya 40 kali tampil dalam tiga musim sebelum akhirnya gantung sepatu.
Baca juga: Update Bursa Transfer, Griezmann Menuju Inggris, Man City Gila-gilaan Tawar Erling Haaland Rp 2,2 T
Pertukaran Fabio Cannavaro - Fabian Carini (2004)
Lagi-lagi Inter Milan bikin blunder.
Keputusan Nerazzurri mengirim bek tengah Fabio Cannavaro ke Juventus dalam pertukaran dengan kiper asal Uruguay, Fabian Carini membuat para ahli garuk-garuk kepala.
Bianconeri jelas menang banyak.
Juventus yang saat itu kebanyakan kiper, mendapatkan satu pemain yang akhirnya membentuk salah satu barisan pertahanan paling tangguh di Serie A, bersama Gianluca Zambrotta, Lilian Thuram, dan Gianluigi Buffon.
Cannavaro membantu Bianconeri meraih gelar Serie A berturut-turut meski gelar yang kedua dicopot gegara skandal Calciopoli yang terkenal itu.
Baca juga: Neymar Gigit Jari, PSG Lempar Handuk Kejar Lionel Messi yang Punya Situasi Ribet di Barcelona
Fabio Cannavaro juga sukses meraih Piala Dunia 2006 bersama Timnas Italia dan mendapat gelar pemain terbaik Ballon d'Or ditahun yang sama setelah gabung Real Madrid.
Sementara Carini, zonk. Dia gagal menembus tim utama di San Siro dan hanya tampil empat kali.
Ian Wright Ditukar Alat Beban (1985)
Tak diragukan lagi, pertukaran Ian Wright dari Greenwich Borough ke Crystal Palace pada 1985 merupakan pertukaran paling aneh yang pernah terjadi.
Ian Wright tidak ditukar uang atau pemain, melainkan ditukar dengan sejumlah peralatan angkat beban!
Ceritanya, saat itu Ian Wright bermain di klub semi-profesional Greenwich Borough dengan bayaran cuma 30 poundsterling per pekan.
Crystal Palace yang mencium bakat Ian Wright tertarik setelah melihat permainnya.
Uniknya, Crystal Palace tidak menawarkan uang ke Greenwich sebagai mahar Wright melainkan peralatan angkat beban yang dibutuh Greenwich untuk menunjang sarana dan fasilitas latihan mereka.
Kesepatan terjadi, Ian Wright menjelma menjadi striker menakutkan dengan torehan lebih dari 100 gol buat Crystal Palace.
Ian Wright akhirnya berlabuh ke Arsenal di mana dia menjadi top skorer klub sepanjang masa pada tahun 90-an. Dia juga membukukan 33 penampilan buat Timnas INggris dengan torehan sembilan gol.
Pertukaran Alexis Sanchez - Henrikh Mkhitaryan (2018)
Dalam kasus ini baik Manchester United maupun Arsenal sebenarnya sama-sama buntung alias merugi.
Pertukaran antar-rival itu terjadi pada 2018, Alexis Sanchez meninggalkan Arsenal ke Manchester United, sebaliknya Henrikh Mkhitaryan meninggalkan Stadion Emirates ke Old Trafford.
Pertukaran ini jelas mengagetkan mengingat Alexis Sanchez cukup moncer dengan torehan 80 gol dalam 166 penampilan.
Adapun Mkhitaryan, bagaimanapun, gagal membuat dampak yang diinginkan di Old Trafford, meski mencatatkan 24 gol dalam lebih dari 60 pertandingan.
Awalnya, kesepatakan itu dianggap win-win bagi Man United dan Arsenal.
United mengira mereka telah mendapatkan pemain kelas dunia, sementara Mkhitaryan menerima kenaikan gaji dan lebih banyak waktu bermain di Arsenal.
Ternyata, kedua pemain, terutama Sanchez, tampak kesulitan di klub baru mereka.
Pemain Chili itu awalnya diperkirakan akan tampil bagus di Old Trafford, tetapi penampilannya merosot sedemikian rupa sehingga ia hanya mencetak satu gol dalam 32 penampilan Liga Premier.
Disebut-sebut sebagai kegagalan besar, Sanchez dikirim ke Inter Milan. Mkhitaryan bernasib lebih baik, tetapi dia juga harus berjuang untuk menembus tim utama Arsenal sesering yang dia inginkan.
Kedua pemain saat ini bermain di Serie A, dengan Sanchez bermain untuk Inter Milan dan Mkhitaryan untuk AS Roma.
Pertukaran Arthur Melo - Miralem Pjanic (2020)
Pertukaran antara Barcelona dan Juventus ini bisa dibilang bikin kedua klub sama-sama buntung, sama-sama rugi.
Pertukaran Arthur Melo dan Miralem Pjanic terjadi pada bursa transfer musim panas 2020.
Kesepakatan itu tidak masuk akal dari perspektif sepakbola, meskipun Barcelona akhirnya menjadi lebih kaya sekitar 10 juta Euro.
Pertukaran ini terjadi setelah Blaugrana memaksa Arthur keluar meski sang pemain tak mau.
Keputusan Barcelona ini dilaporkan untuk lebih menyeimbangkan pembukuan agar tidak melanggar aturan FPP.
Padahal, Arthur yang saat itu berusia 23 tahun membuat lebih dari 60 penampilan untuk Barcelona dan dipandang sebagai pemain masa depan Blaugrana ketika kesepakatan itu terjadi.
Sementara itu, sebagai ganti pemain Brasil itu, Barcelona menerima pemain berusia 30 tahun Miralem Pjanic.
Nyatanya, Miralem Pjanic seperti kesulitan beradaptasi di Camp Nou.
Arthur juga mengalami masa sulit selama musim pertamanya di Juventus, tetapi dengan usia di sisinya dan kualitasnya yang tidak dapat disangkal, pemain Brasil itu diharapkan tampil lebih baik musim ini.
Sementara Pjanic, yang tidak memberikan kontribusi gol dalam 30 penampilan, sudah dianggap jeblok.
Dikabarkan, pemain internasional Bosnia itu akan keluar dari Camp Nou setelah menjalani musim yang terlupakan.