News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Inggris

Membangun Ruang Manchester United, Skema Solskjaer, Adaptasi Ronaldo & Cavani, Kesempatan Martial

Penulis: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Manajer Manchester United asal Norwegia Ole Gunnar Solskjaer memberi isyarat kepada para penggemar di akhir pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Southampton dan Manchester United di Stadion St Mary di Southampton, Inggris selatan pada 22 Agustus 2021/Adaptasi ruang Manchester United dalam skema Solskjaer dengan kedatangan Ronaldo, persaingan dengan cavani dan martial

TRIBUNNEWS.COM - Adalah sebuah kerendahan hati dari seorang Edinson Cavani memberikan nomor 7 kepada Cristiano Ronaldo setelah resmi didatangkan dari Juventus.

Cavani akan mengenakan nomor punggung 21 yang ditinggalkan Daniel James, winger tersebut bergabung ke Leeds United di awal musim ini.

Cristiano Ronaldo mengenakan nomor ikonik, 7, seperti ketika ia meninggalkan Manchester United 13 tahun yang lalu.

Kedatangan Ronaldo tidak secara otomatis mengubah skema yang digunakan Solskjaer di Manchester United, dan justru akan menjadi tantangan bagi Ronaldo, untuk beradaptasi dengan taktik sang pelatih.

KEMBALI 7- Cristiano Ronaldo resmi memakai kaus nomor 7 lagi di Manchester United. (Manchester United)

Baca juga: Skuat Manchester United di Liga Champions: Cristiano Ronaldo Masuk, Mason Greenwood Menghilang?

Baca juga: Cristiano Ronaldo Pulang ke Manchester United, Tentang Menjadi Sukses atau Menghasilkan Uang?

Dalam dua setengah musim rezim Solskjaer di Manchester United, ia membangun apa yang menurutnya adalah "membangun ruang" sebagai landasan permainannya.

Apa yang dimaksud membangun ruang oleh Solskjaer?

Adalah alasan mengapa Manchester United sangat jago di laga tandang, mereka belum terkalahkan dalam satu kalender penuh, dengan 28 pertandingan belum menelan kekalahan.

Manchester United di bawah Solskjaer bukan berbahaya ketika membawa bola, Setan Merah justru sangat beringas ketika out of possession.

Berbeda dengan Gegenpressing di Liverpool atau Manchester City di bawah Pep Guardiola yang memanfaatkan penguasaan bola, Solskjaer tidak menggunakan kedua skema tersebut.

United akan sangat rapat ketika bertahan, tetapi mereka memang membiarkan jarak di lini tengah dan depan mereka menganga ketika lawan membawa bola.

Ketika diserang, United akan meninggalkan Bruno Fernandes sendirian di depan, sedangkan dua winger dan satu penyerang akan mundur membantu pertahanan.

Inilah mengapa Manchester United sangat mengerikan justru ketika tidak menguasai bola, United membuat semacam jebakan di lini tengah, untuk membuat pemain lawan bergerombol di lini tengah.

Solskjaer juga sangat waspada dengan between the lines antara kiper dan bek, maka, jarak bek dengan lini tengah akan sangat rapat untuk memaksa lawan terjebak offside.

Ketika lawan akhirnya kehilangan bola, United punya tendensi bermain melebar, untuk memaksa lawan merenggang, ini yang kemudian berbahaya.

Jika lawan terpancing, maka ada celah besar di lini tengah, di mana Pogba bisa diberikan ruang untuk berkreasi, itu yang kita lihat di gol kedua United menghadapi Leeds United.

Pogba tanpa sadar diberikan ruang sebebas itu untuk memberikan umpan manis kepada Greenwood yang sudah berlari sebelum melepaskan sepakan mendatar yang mengoyak gawang tim tamu.

Ketika bermain tandang, lawan tentu akan sebisa mungkin menguasai bola dan bermain menyerang, ini yang dimanfaatkan Solskjaer, dan adalah alasan kenapa United tidak terkalahkan di 28 pertandingan Liga Inggris ketika tidak bermain di rumah.

Ini juga kenapa Fred masih dipasang sebagai starter, McTominay adalah pemain yang sangat waspada dengan pergerakan lawan, sedangkan Fred, yang bertugas menjaga ruang United di lini tengah.

Itulah mengapa United tidak semenekan Liverpool atau Manchester City dan selalu kesulitan ketika berhadapan dengan tim dengan garis pertahanan rendah.

Atas dasar itulah Pogba diletakkan di posisi sayap di awal musim, fungsinya adalah menarik pemain tengah untuk masuk ke dalam, dan membuat ruang untuk Bruno Fernandes berkreasi.

Striker Manchester United Uruguay Edinson Cavani (tengah) merayakan dengan striker Inggris Manchester United Mason Greenwood (kiri) dan striker Inggris Manchester United Marcus Rashford setelah mencetak gol selama pertandingan sepak bola final Liga Eropa UEFA antara Villarreal dan Manchester United di Stadion Gdansk di Gdansk pada tanggal 26 Mei 2021. (ALEKSANDRA SZMIGIEL / POOL / AFP)

Baca juga: Liga Inggris: Curhatan Emerson Royal Amunisi Baru Tottenham, Sakit Hati Mimpinya Dirusak Barcelona

Lalu, bagaimana dengan Ronaldo atau Cavani?

Ketika Manchester United bertandang ke markas Wolves, semua seperti dengan rencana dari Solskjaer, secara bertahan, United cukup prima kecuali permainan Fred yang kehilangan arah pasca absennya McTominay.

Yang kemudian menjadi masalah, adalah ketika Mason Greenwood yang bermain sebagai penyerang banyak melebar karena rapatnya lini belakang Wolves.

Permainan United baru membaik ketika Martial masuk sebagai nomor 9, dan menekan dua pemain belakang Wolves, Greenwood mendapatkan kebebasannya untuk menyelesaikan serangan.

Ini akan menjadi fungsi bagi Ronaldo dan Cavani, keduanya bisa diturunkan bersamaan, dengan Ronaldo akan bermain di kiri bersama dengan Jadon Sancho di sisi lainnya.

Cavani akan menjadi nomor 9 sebagai penyerang utama dengan kemampuan eksekusi pemain asal Uruguay ini tentu masih diandalkan United.

Atau, dengan Ronaldo sebagai nomor 9, Mason Greenwood dan Jadon Sancho akan menjadi tandem dalam trisula di lini depan, dengan Marcus Rashford mungkin akan menjadi rotasi ketika sembuh dari cidera.

Yang menarik, adalah peran Martial, ia justru bisa berkembang ketika Ronaldo dipasang sebagai penyerang utama, dan Martial bermain melebar.

Martial memang dikritik karena eksekusinya yang terlalu lamban, tetapi pemain asal Prancis ini punya kemampuan untuk memahami ruang yang dibutuhkan untuk mencetak gol.

Kita melihatnya di laga derby menghadapi Manchester City di Etihad Stadium.

Martial yang paham bagaimana ruang di sisi kiri City terbuka lebar karena jarak de Bruyne yang terlalu jauh dengan Walker, Martial mengambil bola dan memaksa Gabriel Jesus melanggarnya di kotak penalti.

Dan Solskjaer tentu tidak mungkin berharap kurang dari menjadi juara Liga Inggris, dengan adanya pemain sekaliber Ronaldo dan Jadon Sancho di lini depan, saatnya mengentaskan dahaga satu windu Setan merah musim ini.

(Tribunnews.com/Gigih)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini