TRIBUNNEWS.COM - Legia Warsaw, medio 90-an, adalah tim yang sangat kuat di Polandia.
Saat itu, Legia Warsawa dikenal dengan tim yang memiliki kemampuan bertahan yang sangat kokoh, diperkuat pemain papan atas seperti Jaecek Zielinski, Krzystof Ratajcyzk, mereka menjadi tim pesaing gelar secara rutin.
Itu juga tidak lepas dari adanya dua penjaga gawang yang terbaik di Polandia, Zbigniew Robakiewicz dan Maciej Szczęsny.
Maciej Szczesny, adalah ayah dari kiper yang saat ini kerap mendapatkan kritik di Juventus, Wojciech Szczesny.
Szczesny mungkin adalah salah satu penjaga gawang dengan konsistensi tinggi sejak bergabung ke Juventus pada 2017.
Baca juga: Liga Italia: Badai Tiada Henti Guncang Juventus, Bianconeri Enggan Turuti Paulo Dybala
Baca juga: Jadwal Liga Italia Pekan ke-3, Live beIN Sports, Napoli vs Juventus, hingga AC Milan vs Lazio
Musim ini dia dikritik karena keobolan dua gol ketika Juventus bermain imbang 2-2 dengan Udinese.
Ia dianggap sebagai kambing hitam karena gol penalto Udinese bermula dari pelanggarannya kepada pemain lawan di kotak penalti.
Sedangkan gol kedua Udinese juga lahir dari kecerobohan Szczesny yang melakukan blunder dan membuat Deulofeu dengan mudah menceploskan bola.
Tetapi, ketika berhadapan dengan Empoli di pertandingan kedua, Szczesny tampil sangat gemilang, meskipun gagal menghindarkan timnya dari kekalahan.
Inilah Szczesny, bukan pertama kalinya ia melakukan hal merugikan sebelum bangkit dan kembali tampil konsisten.
Pendukung Arsenal tentu tidak akan melupakan blunder konyol Szczesny dan Koscielny di Final Piala Carling 2011 membuat Arsenal gagal menjadi juara setelah kalah dari Birmingham City.
Tetapi setelahnya Szczesny tampil sangat konsisten dan tidak tergantikan di bawah mistar gawang Arsenal sebelum hengkang pada 2015.
Szczesny adalah kiper dengan mentalitas luar biasa dan kemampuan untuk bangkit.
Bergabung ke akademi Arsenal sejak usia 15 tahun, Szczesny sudah menunjukkan kemampuannya dengan menjadi kiper ketiga Arsenal pada 2009.
Saat itu ia harus bersaing dengan rekan senegaranya, Lukasz Fabianski dan juga kiper asal Spanyol, Manuel Almunia.
Ia mencatatkan debutnya untuk Arsenal kala berhadapan dengan West Bromwich Albion, saat itu usianya baru 19 tahun.
Hanya butuh satu musim baginya untuk mengunci satu tempat di tim utama Arsenal.
Arsenal, saat itu menghadapi Manchester United di Old Trafford, pendukung The Gunners dibuat was-was dengan penampilan Fabianski yang cidera dan Almunia yang tidak kunjung menampilkan permainan terbaiknya.
Szczesny turun sebagai kiper utama, Arsenal kalah 1-0 lewat gol beruntung Park Ji-Sung saat itu, tetapi Szczesny mendapatkan pujian karena penampilan gemilangnya.
Pasca laga tersebut, Szczesny menyebut tekadnya sebagai kiper utama Arsenal.
"Aku adalah kiper cadangan Arsenal saat ini. Namun, melihat penampilanku ketika menghadapi MU, aku pikir aku layak menjadi kiper nomor satu Arsenal," ucap Szczesny yakin.
Szczesny menambahkan, "Aku hanya perlu banyak bermain agar dapat menjadi kiper nomor satu Arsenal. Aku juga ingin berterima kasih kepada pelatih yang telah memberikan kepercayaan kepadaku ketika menghadapi MU."
Kepercayaan dirinya memang luar biasa, dan benar saja pada 2011 Szczesny sudah menjadi kiper utama Arsenal, tetapi juga tidak lepas dari kritik.
Ia dianggap berdosa dari kekalahan bersejarah Arsenal atas United dengan skor 8-2, dia juga dianggap tempramen seperti ketika melawan Bayern Munchen di Liga Champions.
Saat itu ia diusir ke luar karena mengacungkan gestur tidak pantas, tidak lama kemudian ia ketahuan merokok di ruang ganti ketika Arsenal menghadapi Southampton.
Tetapi, terlepas dari itu, ia menyumbangkan dua gelar Piala FA, dan menjadi penjaga gawang terbaik Liga Inggris musim 2012-2013.
Perubahan besar terjadi ketika Petr Cech yang tergeser dengan kehadiran Courtois bergabung ke Arsenal.
Szczesny praktis kesulitan mendapatkan tempat di tim utama, dan memutuskan hengkang ke AS Roma secara pinjaman.
Di saat yang sama, AS Roma sudah mengantongi jasa Alisson Becker dari Internacional, ketika pada 2016, akhirnya keduanya bersaing memperebutkan tempat di bawah mistar gawang Roma.
Pelatih Rudi Garcia, memilih Szczesny, menurutnya, Alisson masih harus belajar dari Szczesny mengenai distribusi bola yang menjadi andalan dang kiper asal Polandia ini.
"Dengan kakinya, dia adalah seorang gelandang, tapi seperti Pirlo ... Saya tidak bercanda: ketika dia bermain di luar dia mengesankan. Dan jelas dia sangat kuat di antara tiang gawang," ujar pelatih kiper AS Roma Guido Nanni.
Praktis Szczesny adalah kiper utama AS Roma dan membuat Alisson berang karena menjadi cadangan, situasi ini membuat Alisson berang dan mengancam hengkang.
AS Roma yang saat itu berminat mempermanenkan Szczesny akhirnya mengurungkan niatnya dan memilih mengembalikannya ke Arsenal.
Beruntung, akhirnya Szczesny didayangkan oleh Juventus dari Arsenal pada awal musim 2017/2018, dan selama periode itu persaingan ketat di bawah mistar gawang Juventus terjadi.
Baca juga: Pemain Pembeda FPL Gameweek 4 - Kieran Tierney, Kebangkitan Arsenal & Kualitas Umpan Silang
Ia dengan sukses membangkucadangkan Gianluigi Buffon, dan di saat yang sama Juventus telah sepakat untuk mendatangkan Mattia perrin dari Genoa untuk bergabung semusim setelahnya.
Szczesny sempat dianggap hanya akan menjadi deputi bagi Perrin, yang saat itu adalah pilihan kedua Timnas Italia di bawah asuhan Buffon, nama terakhir memutuskan hengkang ke PSG.
Yang terjadi, Szczesny tetap menjadi pilihan utama di depan Mattia Perrin, bahkan kembalinya Buffon pada 2020 tidak menggesernya sebagai kiper utama.
Seperti yang ia tunjukkan di Arsenal, kiper 31 tahun ini akan kembali konsisten, dan justru aneh jika Juventus mendatangkan kiper baru karena dua pertandigan awal Liga Italia.
Hal ini diutarakan oleh legenda Inter Milan sekaligus kiper terbaik tiga kali dunia, Walter Zenga.
"Yang pertama (intervensi terlambat yang menyebabkan penalti, red) adalah kesalahan kiper klasik.
"Tapi yang kedua tidak ada hubungannya dengan peran. Jika kami menganggap yang kedua kesalahan kiper, kami salah: Szczesny salah membaca situasi dan mencoba sesuatu yang berbeda dengan memainkan bola.
"Jika dia mengerti bahayanya, dia akan menendangnya keluar. "
"Hari ini penjaga gawang bermain dengan kaki mereka: itu adalah ide dan karena itu harus dihormati, tetapi saya akan mengembalikan identitasnya pada peran penjaga gawang: penjaga gawang harus menjadi penjaga gawang. Kemudian, jika dia bagus dengan kakinya, lebih baik. ". ujar Zenga.
Dan tentu saja bagi Szczesny, ini hanyalah gangguan kecil, dan akan kembali konsisten di bawah mistar gawang Juventus.
(Tribunnews.com/Gigih)